Postingan

Menampilkan postingan dari Februari 20, 2016

STRES

Gambar
Stres merupakan reaksi biologis terhadap rangsangan yang mengganggu homeostatis tubuh baik berupa faktor fisik maupun psikis. Respon stress yang terjadi memicu tubuh untuk menghadapi kondisi lingkungan yang berubah, namun bila stimulus yang memicu stres berlangsung lama atau besarnya melebihi kemampuan adaptasi maka akan menyebabkan terganggunya sistem saraf dan hormonal. Pada rodensia maupun primata, stres dapat menyebabkan peningkatan agresifitas, penurunan tingkah laku reproduksi, dan penurunan berat badan (Tamashiro  et al ., 2005). Stres menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya depresi yang ditandai dengan adanya perubahan struktural di beberapa bagian otak seperti hippocampus, korteks prefrontal, amygdala, cingulat anterior, serta basal ganglia (Campell dan McQueen, 2006; Kubera  et al ., 2011). Sistem imun, metabolik, kardiovaskular, neurotransmiter dan hormonal dapat terpacu oleh stres sehingga menyebabkan terjadinya neuroinflamasi, oksidasi, apoptosis, penurunan neu

MEKANISME ADAPTASI TERHADAP STRES SELAMA PERLAKUAN KRONIK RESTRAIN STRES PADA TIKUS

Gambar
Pendahuluan Stres merupakan reaksi biologis terhadap rangsangan yang mengganggu homeostatis tubuh baik faktor fisik maupun psikis. Respon stres yang terjadi akan memicu tubuh untuk menghadapi kondisi lingkungan yang berubah, namun bila stimulus yang memicu stres berlangsung lama atau besarnya melebihi kemampuan adaptasi akan menyebabkan gangguan pada sistem saraf dan hormonal. Stres secara kronis pada hewan merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang menyebabkan penurunan status kesehatan, reproduksi serta kemampuan  learning  yang dibutuhkan dalam proses adaptasi agar dapat bertahan di lingkungan atau habitatnya. Guna mempelajari mekanisme stress kronis maupun pengujian obat anti stress, hewan percobaan seperti tikus akan dikondisikan dalam keadaan stress. Salah satu metode yang digunakan untuk membuat tikus menjadi stress secara kronis adalah dengan perlakuan  restraint stress .  Restrain stress  dilakukan dengan memasukkan tikus ke dalam pipa  restrainer  durasi 6

MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis)

Gambar
Pendahuluan Sejak tahun 70an, monyet ekor panjang  (MEP) yang dalam bahasa latin disebut  Macaca fascicularis   diekspor  dari Indonesia  untuk keperluan riset biomedik dan   penelitian psikologi .  Monyet ekor panjang ( Macaca fascicularis ) banyak  dimanfaatkan  sebagai  hewan  model  karena secara anatomi maupun fisiologi mempunyai kemiripan dengan manusia dibandingkan hewan  model  lain, sehingga untuk pengujian suatu obat atau bahan biologis akan mendapatkan gambaran yang mirip apabila digunakan pada manusia    (Sajuthi  et   al ., 1997). Karena jumlahnya yang terbatas, penggunaan primata ini dalam penelitian terbatas atau hanya digunakan dalam jumlah sampel yang sedikit, tidak seperti tikus atau mencit yang digunakan dalam jumlah yang besar. Gambar 1. Monyet ekor panjang   ( Macaca fascicularis )  (Primate info net, 2006). Klasifikasi Monyet ekor panjang  diklasifikasikan sebagai berikut:              Kingdom           : Animalia              Phylum    

KORTEKS SEREBRUM (arkikorteks, paleokorteks dan neokorteks)

Gambar
Pendahuluan Korteks serebrum  adalah lapisan permukaan otak yang terdiri dari neuron-neuron serta prosesusnya yang saling berhubungan. Walaupun di  korteks serebrum terdapat akson bermielin   namun jumlah dendrit  yang tidak bermielin  jauh lebih dominan ,  sehingga lapisan permukaan itu berwarna kelabu (Sidharta dan Dewanto, 1986). Dalam evolusi primata, kenaikan volume korteks tidak disertai dengan kenaikan proporsional tebalnya melainkan lebih banyak disertai kenaikan luas (ekspansi dua dimensi) (Noback dan Demarest, 1978) .  Korteks serebr um  pada  satwa  primata merupakan bagian dari telen sef alon yang dibagi atas lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal, lobus oksipital, girus singulat,  insula,  girus parahippokampal, dan ar ki korte ks  (Martin dan Bowden, 1997). Korteks   serebr um  manusia berlipat-lipat membentuk sulkus dan girus dan apabila dibandingkan dengan manusia, otak monyet memperlihatkan konvolusi yang lebih sederhana (Sidharta dan Dewanto, 1986