Postingan

Menampilkan postingan dari Mei 23, 2017

Daftar Pustaka: MEKANISME KERJA OBAT CACING SERTA PERBANDINGAN APLIKASINYA PADA TERNAK (SAPI, KAMBING DAN DOMBA)

BACK TO: MEKANISME KERJA OBAT CACING SERTA PERBANDINGAN APLIKASINYA PADA TERNAK (SAPI, KAMBING DAN DOMBA) Daftar Pustaka EMEA, 1996. Committee for medicinal products for veterinary use, Praziquantel, http://www.ema.europa.eu/docs/en_GB/document_library/Maximum_Residue_Limits_-_Report/2009/11/WC500015784.pdf EMEA, 1998. Committee for medicinal products for veterinary use, Eprinomectin (modification), http://www.ema.europa.eu/docs/en_GB/document_library/Maximum_Residue_Limits_-_Report/2009/11/WC500014178.pdf EMEA, 1999. Committee for medicinal products for veterinary use, Clorsulon, http://www.ema.europa.eu/docs/en_GB/document_library/Maximum_Residue_Limits_-_Report/2009/11/WC500012626.pdf EMEA, 1999. Committee for medicinal products for veterinary use, Netobimin, http://www.ema.europa.eu/docs/en_GB/document_library/Maximum_Residue_Limits_-_Report/2009/11/WC500015177.pdf EMEA, 2001. Committee for medicinal products for veterinary use, Mebendazol

Perbandingan aplikasi obat cacing pada ternak (sapi, kambing, dan domba)

Gambar
Perbandingan Aplikasi Obat Cacing pada Sapi Berikut adalah table perbandingan aplikasi obat cacing pada sapi berdasarkan PBS animal health (2016): Administrasi obat: FC = Free Choice ;  FM = Feed Mix ;  I = Injection ;  O = Oral ;  PO = Pour-On ;  TD = Top Dress Perbandingan Aplikasi Obat Cacing pada Kambing Berikut adalah table perbandingan aplikasi obat cacing pada kambing berdasarkan PBS animal health (2016): Administrasi obat: FC = Free Choice ;  FM = Feed Mix ;  I = Injection ;  O = Oral ;  PO = Pour-On ;  TD = Top Dress Perbandingan Aplikasi Obat Cacing pada Domba Berikut adalah table perbandingan aplikasi obat cacing pada domba berdasarkan PBS animal health (2016): Administrasi obat: FC = Free Choice ;  FM = Feed Mix ;  I = Injection ;  O = Oral ;  PO = Pour-On ;  TD = Top Dress BACK TO: MEKANISME KERJA OBAT CACING SERTA PERBANDINGAN APLIKASINYA PADA TERNAK (SAPI, KAMBING DAN DOMBA)

Daftar Pemberian Obat Cacing Berdasarkan Spesies Cacing yang Menginfestasi Ternak

Daftar Pemberian Obat Cacing Berdasarkan Spesies Cacing Yang Menginfestasi pada Ternak (Ruminant) Berikut adalah tabel pemberian obat cacing berdasarkan spesies cacing yang menginfestasi ternak (Ruminant) berdasarkan Jacobs dan Taylor (2005): Parasite Endoparasiticides Gastro-intestinal roundworms Bunostomum, Chabertia, Cooperia, Hemonchus, Nematodirus, Oesophagostomum, Teladorsagia (Ostertgia), Strongyloides, Trichostrongylus Abamectin, albendazole, closantel (hanya untuk Haemonchus), doramectin, eprinomectin, fenbendazole, ivermectin, levamisole, netobimin, nitroxinil (hanya untuk Bunostomum, Haemonchus, Oesophagostomum), oxfendazole Type II ostertagiosis Abamectin, albendazole, doramectin, eprinomectin, fenbendazole, ivermectin, moxidectin, netobimin, oxfendazole Lungworm Dictyocaulus Abamectin, albendazole, doramectin, eprinomectin, fenbendazole, ivermectin, levamisole, mebendzole, moxidectin, netobimin, oxfenda

Mekanisme Kerja Obat Cacing: Sulfonamide

Mekanisme Kerja Obat Cacing:  Sulfonamide Sulfonamide (clorsulon) Sulfonamide yang digunakan sebagai obat cacing adalah clorsulon. Clorsulon sering digunakan untuk mengontrol infestasi cacing  liver flukes  dewasa ( Faschiola hepatica  dan  Fasciola gigantica ) pada sapi (EMEA, 1999).  Clorsulon ampuh untuk melawan  Fasciola hepatica  baik yang  mature  maupun  immature . Namun aktivitasnya terhadap  F. magna  sangat kurang dan tidak efektif terhadap cacing  flukes  rumen dan pulmo (trematoda) (Elsheikha  et al ., 2011). Mekanisme kerja clorsulon sebagai obat cacing yaitu dengan menghambat enzim yang berpengaruh dalam jalur  glycolytic  sebagai sumber energi cacing (EMEA, 1999). Clorsulon mengikat protein dan bila teringesti oleh cacing ( liver flukes ), clorsulon akan menghambat enzim pada jalur  glycolytic  cacing ( Vercruysse dan Claerebout, 2014). Clorsulon menghambat  3-phosphoglycerate kinase  dan  phosphoglyceromutase  pada jalur  glycolytic , menekan metabolime

Mekanisme Kerja Obat Cacing: Salicylanilides

Mekanisme Kerja Obat Cacing:  Salicylanilides Salicylanilides (closantel, nitroxynil) Salicylanilides aktif dalam melawan infestasi  liver flukes  dewasa (trematode). Salicylanilide bekerja sebagai  protonophores  yang menyebabkan ion hidrogen masuk ke bagian dalam membran mitokondria (Vercruysse dan Claerebout, 2014), menyebabkan kolaps-nya gradien proton pada membran mitokondria (Elsheikha  et al ., 2011), menyebabkan terjadinya  uncoupling  (pada transport elektron) pada proses fosforilasi oksidatif (sehingga mengganggu produksi ATP) (Vercruysse dan Claerebout, 2014; Starkov, 2008). Salicylanilides menstimulus integument cacing sehingga mempengaruhi masuknya ion calcium ke dalam pori-pori dan menginduksi kontraksi secara cepat serta paralisis pada trematode (Elsheikha  et al ., 2011). Closantel Closantel digunakan untuk mengobati ternak dari infestasi  Fasciola  i mmature  dan dewasa serta nematode (EMEA, 2012).  Penggunaan closantel tidak boleh digunakan pada domba

Mekanisme Kerja Obat Cacing: Praziquantel

Mekanisme Kerja Obat Cacing:  Praziquantel Praziquantel Praziquantel efektif terhadap cacing  tapeworm  (cestode) baik  mature  maupun  immature . Praziquantel biasa dikombinasikan dengan pyrantel pamoate, ivermectin, dan moxidectin untuk membunuh nematode (Elsheikha  et al ., 2011). Mekanisme kerja praziquantel yaitu dengan cara menyebabkan kerusakan pada tegumental cacing dan menyebabkan kontraksi serta paralisis otot cerstode yang diakhiri dengan kematian pada cacing (EMEA, 1996; Vercruysse dan Claerebout, 2014). Penggunaan praziquantel akan menyebabkan kontraksi tetanik yang terus menerus sehingga terbentuk vacuola pada sel ( focal vacuolization ) dan disintegrasi integument cacing. Interaksi praziquantel dengan  phospholipid  dan protein menyebabkan ketidakseimbangan transport ion  cation  (ion positif) sehingga merusak membran integument. Hal ini akan menyebabkan gangguan metabolisme dan kontraksi otot tegumental yang diikuti paralisis pada cacing. Ketidakstabil

Mekanisme Kerja Obat Cacing: Tetrahydropyrimidines

Mekanisme Kerja Obat Cacing:  Tetrahydropyrimidines Tetrahydropyrimidines (morantel) Tetrahydropyrimidines merupakan obat cacing yang sering dikenal dengan nama pyrantel (untuk anjing dan kuda) dan morantel (untuk ruminant)  (Elsheikha  et al ., 2011). Obat ini bekerja dengan menganggu neuromediator dengan mekanisme kerja yang hampir sama dengan imidazothiazoles (Elsheikha  et al ., 2011).  Tetrahydropyrimidines  bersifat agonist terhadap receptor  acetylcholin e pada sel otot cacing (EMEA, 2005). Obat ini bersifat  cholinergic  ( cholinomimetics ) yang mestimulasi neurotransmisi  cholinergic  pada  neuromuscular junction  cacing, sehingga terjadi kontraksi otot yang diikuti dengan terjadinya penghambatan depolarisasi neuromuskulus sehingga nematode menjadi paralisis (Elsheikha  et al ., 2011). Morantel Morantel digunakan untuk mengobati ternak dari infestasi cacing seperti  gastro-intestinal roundworm  (nematode)  dan  tapeworm   (cestode) (EMEA, 2005; Elsheikha  et

Mekanisme Kerja Obat Cacing: Macrocyclic lactones

Mekanisme Kerja Obat Cacing: Macrocyclic lactones Macrocyclic lactones (abamectin, doramectin, eprinomectin, ivermectin, moxidectin) Macrocyclic lactones merupakan hasil produk dari mikroorganisme dari genus  Streptomyces  (Vercruysse dan Claerebout, 2014).  Macrocyclic lactones dapat dibagi menjadi avermectin (seperti abamectin, doramectin, eprinomectin, ivermectin) dan milbemycycin (seperti moxidectin) (Elsheikha  et al ., 2011).  Meski digunakan pada level dosis yang rendah, macrocyclic lactones bersifat ampuh sebagai antiparasit dengan sprektrum luas. Golongan ini aktif dalam melawan banyak nematode  immature  (termasuk  hypobiotic larvae , yaitu larva yang mengalami penghambatan perkembangan akibat faktor luar seperti musim, dimana larva berada didalam mukosa usus) (Vercruysse dan Claerebout, 2014). Mekanisme kerja macrocyclic lactones yaitu bersifat agonist terhadap GABA ( gamma-aminobutyric acid ,  inhibitor neurotransmitter ) dimana macrocyclic lactones akan men

Mekanisme Kerja Obat Cacing:Imidazothiazoles

Mekanisme Kerja Obat Cacing: Imidazothiazoles Imidazothiazoles (Levamisole) Imidazothiazoles merupakan bahan aktif obat cacing yang umum digunakan pada ternak untuk mengobati infestasi cacing nematode dari level dewasa dan tahapan larva, namun tidak memiliki aktivitas dalam menghadapi  fluke s (trematode) dan tapeworm (cestode).  Obat cacing yang tergolong dalam kategori imidazothiazoles yaitu levamisol (Vercruysse dan Claerebout, 2014). Imidazothiazole merupakan  nicotinic anthelmintic . Mekanisme kerjanya yaitu bersifat agonist pada reseptor  nicotinic acetylcholine  dari nematode. Imidazothiazole yang berikatan pada reseptor  nicotinic acetylcholine  akan menyebabkan terjadinya stimulan aktivitas ganglion ( cholinomimetics ) pada sel somatik otot nematode sehingga terjadi kontraksi otot yang diikuti dengan terjadinya penghambatan depolarisasi sehingga nematode menjadi paralisis. Aktivitas imidazothiazole (seperti levamisole) dapat dihambat dengan pemberian hexamethonium

Mekanisme Kerja Obat Cacing: Benzimidazole

Mekanisme Kerja Obat Cacing: Benzimidazole Benzimidazole (albendazole, fenbedazole, triclabendazole, oxfendazole, mebendazole, sedangkan febantel dan netobimin merupakan pro-benzimidazoles) Benzimidazole banyak digunakan untuk mengobati infestasi nematode dan trematode (Vercruysse dan Claerebout, 2014).  Obat cacing yang tergolong dalam kategori benzimidazole seperti albendazole, fenbedazole, triclabendazole, oxfendazole, mebendazole, sedangkan febantel dan netobimin termasuk pro-benzimidazole (Jacobs dan Taylor, 2005). Pemberian benzimidazole secara per oral dapat mengeluarkan parasit gastrointestinal dewasa maupun pada tahap larva (Vercruysse dan Claerebout, 2014). Mekanisme benzimidazol sebagai obat cacing yaitu dengan cara mengikat tubulin pada sel intestinal cacing (EMEA, 2004) sehingga menghambat proses polimerasi, transport seluler, dan metabolism energi (Vercruysse dan Claerebout, 2014) dan menurunkan fungsi absorpsi yang menyebabkan cacing kelaparan dan mati (EMEA,