Mekanisme Kerja Obat Cacing: Tetrahydropyrimidines


Mekanisme Kerja Obat Cacing: Tetrahydropyrimidines


Tetrahydropyrimidines (morantel)

Tetrahydropyrimidines merupakan obat cacing yang sering dikenal dengan nama pyrantel (untuk anjing dan kuda) dan morantel (untuk ruminant) (Elsheikha et al., 2011). Obat ini bekerja dengan menganggu neuromediator dengan mekanisme kerja yang hampir sama dengan imidazothiazoles (Elsheikha et al., 2011). Tetrahydropyrimidines bersifat agonist terhadap receptor acetylcholine pada sel otot cacing (EMEA, 2005). Obat ini bersifat cholinergic (cholinomimetics) yang mestimulasi neurotransmisi cholinergic pada neuromuscular junction cacing, sehingga terjadi kontraksi otot yang diikuti dengan terjadinya penghambatan depolarisasi neuromuskulus sehingga nematode menjadi paralisis (Elsheikha et al., 2011).

Morantel
Morantel digunakan untuk mengobati ternak dari infestasi cacing seperti gastro-intestinal roundworm (nematode) dan tapeworm (cestode) (EMEA, 2005; Elsheikha et al., 2011). Penggunaan morantel aman untuk sapi bunting, laktasi dan breeding (Melancon, 2001) namun perlu dicek kembali keamanannya berdasarkan keterangan label produk yang akan digunakan. Dosis penggunaan morantel pada sapi 6-7.5 mg/kg dan pada domba 5-6 mg/kg (EMEA, 2005; Jacobs dan Taylor, 2005).


BACK TO:

MEKANISME KERJA OBAT CACING SERTA PERBANDINGAN APLIKASINYA PADA TERNAK (SAPI, KAMBING DAN DOMBA)

Postingan populer dari blog ini

Metabolisme Zinc Pada Manusia Dan Hewan (Anjing & Kucing)

PROSEDUR HISTOLOGI: PEMBUATAN BLOK PARAFFIN DAN PEMOTONGAN

Ultrasonography (Usg) dan Aplikasinya Pada Pemeriksaan Organ Reproduksi Serta Diagnosa Kebuntingan & Foetal Sexing Pada Ternak