Mekanisme Kerja Obat Cacing:Imidazothiazoles


Mekanisme Kerja Obat Cacing: Imidazothiazoles

Imidazothiazoles (Levamisole)

Imidazothiazoles merupakan bahan aktif obat cacing yang umum digunakan pada ternak untuk mengobati infestasi cacing nematode dari level dewasa dan tahapan larva, namun tidak memiliki aktivitas dalam menghadapi flukes (trematode) dan tapeworm (cestode).  Obat cacing yang tergolong dalam kategori imidazothiazoles yaitu levamisol (Vercruysse dan Claerebout, 2014).

Imidazothiazole merupakan nicotinic anthelmintic. Mekanisme kerjanya yaitu bersifat agonist pada reseptor nicotinic acetylcholine dari nematode. Imidazothiazole yang berikatan pada reseptor nicotinic acetylcholine akan menyebabkan terjadinya stimulan aktivitas ganglion (cholinomimetics) pada sel somatik otot nematode sehingga terjadi kontraksi otot yang diikuti dengan terjadinya penghambatan depolarisasi sehingga nematode menjadi paralisis. Aktivitas imidazothiazole (seperti levamisole) dapat dihambat dengan pemberian hexamethonium sebagai blokir ganglionic (Vercruysse dan Claerebout, 2014).


Levamisole
levamisole digunakan untuk mengobati ternak dari infestasi gastro-intestinal roundworm (nematode) (Jacobs dan Taylor, 2005). Obat ini bekerja pada system syaraf cacing dan tidak bersifat ovicidal. Levamisole bersifat sprektrum luas (broad sprectrum) dan memiliki efek teratogenic yang kurang (Vercruysse dan Claerebout, 2014) namun penggunaan levamisole pada hewan bunting sebaiknya dihindari atau tidak digunakan (Evans, 2005). Dosis penggunaan levamisol menurut Rossoff (1994) yaitu 5-8 mg/kg pada sapi dan 8 mg/kg pada kambing dan domba, sedangkan menurut   Jacobs dan Taylor (2005) yaitu 7.5-10 mg/kg pada sapi, 7.5 mg/kg pada domba serta 12 mg/kg pada kambing. Penggunaan levamisole dengan dosis 12 mg/kg pada kambing harus dengan berhati-hati. Overdosis pada penggunaan imidazothiazole (levamisol) dapat menyebabkan obat tidak hanya berinteraksi terhadap parasit tetapi juga pada sel reseptor hospes (Elsheikha et al., 2011) sehingga bisa menyebabkan terjadinya tremor pada otot, salivasi, colic (Jacobs dan Taylor, 2005), defekasi, respiratory distress dan seizures (Elsheikha et al., 2011).


BACK TO:

MEKANISME KERJA OBAT CACING SERTA PERBANDINGAN APLIKASINYA PADA TERNAK (SAPI, KAMBING DAN DOMBA)

Postingan populer dari blog ini

Metabolisme Zinc Pada Manusia Dan Hewan (Anjing & Kucing)

PROSEDUR HISTOLOGI: PEMBUATAN BLOK PARAFFIN DAN PEMOTONGAN

Ultrasonography (Usg) dan Aplikasinya Pada Pemeriksaan Organ Reproduksi Serta Diagnosa Kebuntingan & Foetal Sexing Pada Ternak