Ultrasonography (Usg) dan Aplikasinya Pada Pemeriksaan Organ Reproduksi Serta Diagnosa Kebuntingan & Foetal Sexing Pada Ternak


Ultrasonography (USG) digunakan sebagai alat diagnose pada sistem reproduksi betina dan memiliki nilai ekonomis untuk menentukan kebuntingan awal pada ternak (DesCôteaux et al., 2006a). Pada artikel ini dibahas tentang prinsip dasar USG, tipe USG, komponen USG, gambaran USG dari organ reproduksi serta diagnose kebuntingan & foetal sexing pada ternak.

PRINSIP DASAR USG
Gambaran USG terbentuk dari intensitas gelombang suara yang dipantulkan kembali oleh jaringan kepada probe (transducer). Berdasarkan kekuatan intensitas tersebut dapat dievaluasi bentuk, kontur, ukuran serta posisi dari struktur yang dipelajari. Struktur echogenic terbentuk dari pantulan gelombang suara yang tervisualisasi sebagai warna putih hingga abu-abu pada monitor, sedangkan struktur yang tidak bersifat echoes (anechogenic) seperti cairan folikel akan mentransmisikan gelombang sehingga tervisualisasikan sebagai warna hitam (DesCôteaux et al., 2006a).

Gambar 1. Terminologi echotexture. Jaringan yang memantulan gelombang suara kembali akan memberi gambaran echogenic yang dapat dibedakan menjadi putih, abu-abu atau abu-abu hitam, sedangkan jaringan yang mentransmisi gelombang akan bersifat anechogenic dan tervisualisasi sebagai warna hitam. Pada gambaran echogenic, apabila area yang diamati memiliki intensitas yang sama dengan jaringan sekitarnya (yang berwarna abu-abu) maka ia bersifat isoechogenic. bila terjadi peningkatan intensitas maka ia akan tervisualisasi lebih berwarna putih sehingga bersifat hyperechogenic, sedangkan bila terjadi penurunan intensitas maka ia akan  tervisualisasi lebih berwarna abu-abu hitam sehingga bersifat hypoechogenic (DesCôteaux et al., 2006a).


TIPE USG

Terdapat beberapa tipe USG antara lain: (1) unit USG yang biasa ditemukan di hospital yang berukuran besar dan sulit dipindahkan atau bersifat statis (nontransportable hospital grade ultrasound unit), (2) unit USG yang biasa ditemukan di hospital yang berukuran sedang dan lebih mudah dipindahkan (transportable hospital grade ultrasonic unit), dan (3) unit USG yang biasa dibawa ke lapangan, berukuran kecil, dan mudah dibawa kemana saja (portable ultrasound unit) (DesCôteaux et al., 2006b). Beberapa contoh produk USG yang digunakan untuk pemeriksaan kebuntingan maupun status organ reproduksi ternak seperti Draminski portable USG, Easy Scan BCFTechnology portable USG, Hitachi-Aloka, dan lain-lain.


Gambar 2. Tipe-tipe USG: (A) nontransportable hospital grade ultrasound unit, (B) transportable hospital grade ultrasonic unit, dan (C) portable ultrasound unit (DesCôteaux et al., 2006b; BCF Technology Ltd, 2012).



KOMPONEN USG
Komponen yang terdapat pada USG seperti monitor, keyboard, printer serta probe. Probe merupakan komponen penting yang memiliki beberapa variasi tipe. Tipe probe dapat dibagi menjadi sector probe dan linear probe (DesCôteaux et al., 2006a). Perbedaan tipe ini mempengaruhi luas permukaan yang di scan. 
 
Gambar 3. Tipe-tipe probe. (A) Linear probe dan (B) sector probe (DesCôteaux et al., 2006a; 2006b).





Gambar 4. Variasi probes. (A) Sector probe; (B) Linear probe; (C) Convex atau curved linear probe (DesCôteaux et al., 2006b).



Linear probe sesuai digunakan untuk pengamatan ovaries dan uterus secara transrectal. Penggunaan linear probe memberi gambaran dengan resolusi yang baik terhadap jaringan yang terletak berdekatan dengan probe. Sector probe sesuai digunakan untuk pengamatan fetus pada ruminansia kecil secara transabdominal maupun intravaginal (DesCôteaux et al., 2006a).  Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari linear dan sector probe.

 Tabel 1. Kelebihan dan kekurangan linear dan sector probe (DesCôteaux et al., 2006b). 

Kelebihan, kekurangan, serta prinsip penggunaan probe USG pada bidang theriology

Tipe probe
Sector Probe
Linear Probe
Convex atau curved linear probe
Kelebihan
Sedikit kontak permukaan
Resolusi tinggi pada area yang berdekatan dengan probe

Resolusi tinggi pada area yang berdekatan dengan probe

Kekurangan
Resolusi rendah pada area yang berdekatan dengan probe
Kontak permukaan lebih luas
Kontak permukaan baik namun lebih kecil dibandingkan linear probe

Perbedan pada area yang jauh

Penggunaan
Probe dapat digunakan secara intravaginal pada ruminant kecil



Pengamatan transvaginal folliculocentesis pada in vitro fertilization ternak

Evaluasi kesehatan fetus pada kebuntingan (7 bulan ke atas)  pada ternak

Probe dapat digunakan secara transrectal pada kebanyakan ruminant besar  (jantan dan betina)

Pengamatan testicles
Evaluasi ovaries pada metode superovulasi




Pengamatan sistem reroduksi secara transrectal oleh beberapa praktisi


Resolusi atau detail gambaran USG serta kedalaman jaringan yang diamati dipengaruhi oleh frekuensi yang digunakan. Penggunaan frekuensi yang rendah memberi efek terjadinya penetrasi yang dalam ke jaringan namun resolusi yang dihasilkan rendah, sedangkan penggunaan frekuensi yang tinggi memberi efek terjadinya penetrasi yang tidak begitu dalam ke jaringan namun resolusi yang dihasilkan tinggi (DesCôteaux et al., 2006a). 

 Tabel 2. Variasi frekuensi dalam penggunaan USG pada reproduksi ternak (DesCôteaux et al., 2006a).

3.5 MHz (Frekuensi rendah)

5  MHz (Frekuensi sedang)

7 MHz (Frekuensi tinggi)
Kedalaman tampilan atau penetrasi adalah tinggi
(0-20 cm)

Kedalaman tampilan atau penetrasi adalah sedang
(0-12 cm)

Kedalaman tampilan atau penetrasi adalah sedang
(0-12 cm)

Digunakan untuk pengamatan kebuntingan (7 bulan ke atas),
post-partum uterus
Digunakan untuk pengamatan follicles dan corpus luteum

Diagnosis kebuntingan

Foetal sexing
Digunakan untuk pengamatan follicles dan corpus luteum

Diagnosis kebuntingan



GAMBARAN USG: ORGAN REPRODUKSI TERNAK

OVARIES
Lamanya siklus estrus pada bovine dipengaruhi oleh siklus gelombang folikel. Pada bovine siklus gelombang folikel dapat terjadi 2 atau 3 kali. Bovine dengan lama siklus estrus yang lebih pendek (19-20 hari) memiliki siklus gelombang folikel sebanyak 2 kali sedangkan bovine dengan lama silkus estrus yang lebih panjang (22-23 hari) memiliki siklus gelombang estrus sebanyak 3 kali. Bila hewan memiliki lama siklus estrus selama 21 hari maka hewan dapat memiliki 2 dan 3 gelombang folikel (Adam dan Singh, 2011).


Gambar 5. Siklus gelombang folikel (2 dan 3 gelombang) dan dinamika hormonal pada siklus estrus ternak / bovine (Frickle dan Lamb, 2002; Adam dan Singh, 2011).



Gambar 6. Siklus gelombang folikel (2 gelombang) pada kerbau serta ukuran folikel (Terzano, 2012).


Ovary dapat dibagi menjadi 2 kondisi yaitu anoestrus dan ovary aktif. Pada kondisi anoestrus, stroma bersifat homogenous echogenicity. Struktur yang berkaitan dengan aktivitas cyclic seperti corpus lutea dan folikel tidak terlihat pada kondisi anoestrus. Kondisi anoestrus biasa ditemukan pada anak sapi. Pada kondisi ovary aktif, pemeriksaan USG akan menemukan keberadaan stroma ovarian yang bersifat echogenicities (sehingga terlihat berwarna abu-abu), terlihat adanya folikel dan corpus lutea (BCF Technology Ltd, 2012).

Gambaran Folikel pada pemeriksaan USG bersifat anechoic yang terletak didalam stroma ovarian. Folikel tidak selalu terlihat bulat atau bundar karena adanya tekanan yang lemah dari transducer pada permukaan jaringan ovarian (BCF Technology Ltd, 2012).

Gambaran Corpus Lutea (CL) pada bovine biasanya ditemukan sekitar 2 atau 3 selama siklus estrus. Jaringan lutea bersifat echogenic. Keberadaan CL harus dapat dibedakan dengan luteal cyst. Normal CL pada bovine memiliki lacuna pada bagian central berdiameter kurang dari 25 mm. CL akan terdeteksi oleh USG setelah 4 hari post-ovulasi. Jika fertilisasi tidak terjadi, ukuran CL akan membesar dan mencapai puncak pada hari ke-16 post-ovulasi dan kemudian mengalami regresi. Pengamatan ovaries secara berulang akan memberi data yang jelas terhadap gambaran siklus estrus. Bila terjadi fertilisasi, CL akan persistence dan dapat dilihat pada pemeriksaan awal kebuntingan dimana embryonic vesicle biasanya akan terlihat pada ipsilateral cornue uterus, serta terlihat adanya CL pada ovary (BCF Technology Ltd, 2012).

Gambaran Cystic Ovarian ditemukan pada kondisi aktivitas cyclic yang abnormal. Pada kondisi ini terdapat struktur yang berisi cairan dengan ukuran lebih dari 25 mm pada ovary bovine yang ditemukan lebih dari 10 hari dan CL tidak berfungsi. Terdapat dua tipe ovarian cysts yaitu follicular cysts dan luteal cysts. Follicular cysts memiliki dinding yang tipis (kurang dari 3mm) dan bersifat halus, sedangkan luteal cysts memiliki dinding yang lebih tebal (besar dari 3 mm) (BCF Technology Ltd, 2012).



Gambar 7. Gambaran USG folikel, corpus lutea (CL) dan cysts ovarian bovine. (A) Folikel ovary, ukuran 13 mm, USG secara transvaginal dengan 7.5 MHz probe; (B) Folikel ovary; (C) CL serta lacunae; (D) CL serta folikel; (E) Dua folikel berukuran kecil kurang dari 5 mm; (F) Folikel pre-ovulatory saat proestrus dengan ukuran 13mm; (G) Antrum yang terbentuk akibat delaminasi lapisan granula setelah perkembangan folikel; (H) Follicular cyst dengan diameter 45 mm dengan dinding yang tipis; (I) Luteal cyst dengan diameter 34 mm dengan dinding yang lebih tebal  (Frickle dan Lamb, 2002; Adam dan Singh, 2011; BCF Technology Ltd, 2012).




Gambar 8. Gambaran USG ovaries kerbau, menunjukkan (A) folikel berukuran kecil (SF), (B) folikel berukuran sedang serta corpus lutea (MF, CL), dan (C) folikel dominant (DF) (Terzano, 2012).


PLACENTOME
Placenta terdiri dari komponen fetus yang berasal dari chorion dan komponen maternal yaitu uterine endometrial. Perlekatan embryo pada uterine endometrium berfungsi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi serta proteksi selama perkembangan. Pada ruminansia memiliki placenta cotyledonary. Placentome merupakan bagian dari placenta yang terdiri dari cotyledon fetus dan carucle maternal yang terbentuk dari bagian caruncular uterus. Placentome merupakan bagian yang spesifik dalam proses perpindahan metabolism. Pada umur kebuntingan 25 hari pada sapi terjadi inisiasi perlekatan chorion pada caruncles uterus dimana perlekatan ini akan selesai sekitar umur kebuntingan 40 hari. Pada sapi keberadaan placentome dapat diamati setelah 35 hari kebuntingan. (Blankenvoorde, 2011). Pada kambing keberadaan placentomes dapat dideteksi > 40 hari post-breeding secara transabdominal (Dawson, 1999).

Terdapat dua bentuk placentome pada bovine (sapi / lembu) yaitu concave dan flat. Placentome normal pada bovine berbentuk concave dimana jaringan chorion terdapat pada bagian luar sedangkan jaringan caruncular berada pada bagian dalam. Pada kambing dan domba, placentome berbentuk convex atau C atau cup-like shape (Blankenvoorde, 2011).


Gambar 9. Gambaran bentuk placentome pada sapi / lembu dan domba. (A) Placentome sapi / lembu berbentuk concave; (B) placentome domba berbentuk convex (Bowen, 2000; Blankenvoorde, 2011).




Gambar 10. Gambaran USG placentome bovine berbentuk concave. (A) Gambaran fetus, amnion, allantochorion, serta cotyledone yang terlihat pada usia kebuntingan 60 hari; (B) Gambaran USG dimana terlihat adanya fetus, membrane amniotic, serta placentome yang berbentuk concave; (C) Placentome pada cornue uterus pada umur kebuntingan 74 hari; (D) Placentome pada cornue uterus pada umur kebuntingan 96 hari; (E) Placentome pada cornue uterus pada umur kebuntingan 110 hari; (F) Placentome pada cornue uterus pada umur kebuntingan 159 hari (Blankenvoorde, 2011; BCF Technology Ltd, 2012).




Gambar 11. Gambaran USG placentome kambing berbentuk convex. (A) Placentome pada kebuntingan umur 53 hari; (B) Placentome pada kebuntingan umur 67 hari; (C) Placentome pada kebuntingan umur 121 hari (Raja Ili Airina et al., 2011; Midla, 2014).



UTERUS
Gambaran USG pada organ reproduksi betina (tubular genitalia) dipengaruhi oleh ketebalan corpus uterus, peningkatan vascularity, edema, dan akumulasi mucus (Adam dan Singh, 2011). Gambaran uterus dapat dibagi berdasarkan beberapa kondisi yaitu uterus pada kondisi tidak bunting, uterus pada kondisi bunting, serta kondisi patologis (endometritis / pyometra).

Gambaran Uterus pada Kondisi Tidak Bunting memiliki tingkat echogenic yang bervariasi tergantung pada tahapan pada siklus estrus, serta gambaran lumen yang bervariasi akibat akumulasi cairan intraluminal yang juga tergantung pada tahapan pada siklus estrus.  Cornue uterus yang berbentuk sirkuler memberi kemudahan pada pengamatan endometrium, myometrium maupun lumen uterus. Pada kondisi estrus, endometrium menjadi lebih oedematous dan terdapat lipatan endometrial yang dominan. Pada periode periovulatory, lumen uterus tampak anechoic karena adanya akumulasi cairan. Namun penting dibedakan pada kondisi uterus pada kebuntingan awal yang juga terisi banyak cairan. Hal tersebut dapat dibedakan dengan juga dilakukannya pengamatan ovaries berdasarkan keberadaan (ada atau tidak adanya) folikel serta CL, fetus, membrane fetus, serta placentomes (cotyleton & caruncle) (BCF Technology Ltd, 2012).

Berikut adalah karakteristik gambaran uterus bovine berdasarkan tahapan dalam siklus estrus:

Gambar 12. Karakteristik gambaran uterus bovine selama siklus estrus. Siklus estrus dibagi menjadi proestrus dan oestrus (hari -4 hingga -1), ovulasi (hari 0), dan diestrus (hari 3 hingga 16). Proestrus dan oestrus (hari -4 hingga -1): endomedrial uterus bersifat heterogeous (terdapat area yang menjadi lebih gelap, yang diselingi warna gelap dan abu-abu) yang menunjukkan adanya edema uterus yang berasosiasi dengan akan terjadinya estrus dan ovulasi, hal ini ditandai dengan adanya peningkatan ketebalan corpus uterus, terdapat akumulasi cairan luminal pada uterus dan diikuti adanya cairan pada cervix dan vaginal, serta minimalnya lengkungan (curl) pada cornue uterus. Diestrus (day 3-16): endomedrial uterus bersifat homogeneous dimana ditandai dengan minimalnya ketebalan, minimal cairan luminal, dan maximalnya lengkungan (curl) pada cornue uterus (Adam dan Singh, 2011; Adam, 2007).



Gambaran Uterus pada Kondisi Abnormal (endometritis dan pyometra) dapat dievaluasi melalui USG. Pada kondisi endometritis, uterus terisi oleh cairan purulent atau mucopurulent yang biasanya terjadi 21-26 hari post-partum. Akumulasi cairan intrauterine ini terlihat sebagai partikel echogenic (seperti salju) dan terjadi penebalan endometrial akibat oedema dan inflamasi. Pada kondisi pyometra, uterus terisi cairan pus dimana pada gambaran USG menunjukkan lumen uterus bersifat echohenicity dan bila dibandingkan dengan cairan fetus, cairan fetus di uterus bersifat anechoic (BCF Technology Ltd, 2012).


Gambar 13. Gambaran USG uterus bovine. (A) dan (B) Gambaran USG pada kondisi tidak bunting  dengan probe 5 MHz uterus; (C) Gambaran uterus pada kondisi tidak bunting dimana terdapat akumulasi cairan intraluminal pada lumen uterus sebagai gambaran anechoic yang tergantung pada tahapan pada siklus estrus; (D) Gambaran uterus pada kondisi bunting dimana terdapat embryo, membrane amniotic serta cairan allantoic; (E) Gambaran endometritis dimana terdapat akumulasi material (muco)purulent pada lumen uterus yang terlihat sebagai partikel echogenic (seperti salju) dan terdapat penebalan endometrial; (F) Gambaran pyometra dimana terdapat akumulasi material purulent pada lumen uterus dimana tampak lumen uterus bersifat echohenicity (Frickle dan Lamb, 2002; BCF Technology Ltd, 2012).



GAMBARAN USG: DIAGNOSE KEBUNTINGAN PADA TERNAK

Diagnose Kebuntingan pada Bovine dapat diamati seawal 17 hari setelah AI, namun hal ini memiliki resiko keguguran. Resiko yang lebih rendah terhadap hilangnya embryo dapat dilakukan pengamatan kebuntingan paling awal dilakukan yaitu 30 hari setelah breeding atau AI secara transrectal. Namun paling aman untuk diagnose kebuntingan pada bovine sebaiknya 90-110 hari setelah breeding / AI.

Kondisi bunting pada uterus dapat dipastikan dengan adanya embryo, selanjutnya ditemukan adanya membrane fetus serta placentomes (BCF Technology Ltd, 2012). Pada bovine, detak jantung embryo dapat diamati seawal 19 hari, namun biasanya terlihat setelah 25 hari. Setelah 27 hari kebuntingan, lumen uterus akan mengalami akumulasi cairan. Akumulasi cairan ini harus dapat dibedakan dengan kondisi uterus saat estrus yang juga terisi cairan. Sebelum umur 30 hari kebuntingan, embryo sulit diamati karena lokasinya yang berdekatan dengan dinding uterus dengan sedikit cairan. Setelah 30 hari akan terlihat membrane amniotic. Setelah 35 hari akan terlihat placentome. Perlekatan umbilical cord dari embryo ke uterus bermula pada hari ke-40 kebuntingan. Tulang rusuk pada fetus akan terlihat setelah hari ke 50-60 kebuntingan, sedangkan tulang sternum antara hari ke 81 dan 85. Pembentukan tulang cervical, thoracic, lumbar serta sacral vertebrae bermula pada hari ke 61-65, pembentukan tulang scapula, illium, ischium sekitar 70 hari, digital sekitar 81 dan 85 hari kebuntingan, sedangkan coccygea vertebrae bermula pada hari ke-86 kebuntingan. Bagian tengah tulang tengkorak kepala bersifat echogenic dan terlihat pada akhir bulan ke-2 kebuntingan dimana pembentukan tulang tengkorak tersebut akan lengkap pada hari ke-100 kebuntingan (Blankenvoorde, 2011).


Gambar 14. Gambaran USG pada diagnose kebuntingan bovine.  Embryo bersifat echogenic. (A) Kebuntingan umur 25 hari; (B) Kebuntingan umur 26 hari USG 5 MHz; (C) Kebuntingan umur 30 hari; (D) Kebuntingan umur 30 hari dimana terlihat embryo, membrane amniotic dan cairan allantoic; (E) Kebuntingan umur 33 hari dimana terlihat embryo, membrane amniotic dan cairan allantois; (F) Kebuntingan umur 35 hari; (G) Kebuntingan umur 40 hari dimana terlihat (1) embryo berukuran 21 mm dengan 7.5 MHz, (2) cairan amniotic, (3) cairan allantois, (4) anggota gerak (limb), (5) placentome; (H) Kebuntingan umur 42 hari dimana terlihat bagian kepala dan tubuh fetus, membrane amniotic, dan placentome; (I) Kebuntingan umur 43 hari; (J) Kebuntingan umur 45 hari dimana terlihat fetus, membrane amniotic, dan placentome; (K) Kebuntingan umur 50 hari; (L) Kebuntingan umur 53 hari dimana terlihat (1) bagian tubuh fetus, (2) amnion, (4) kepala; (M) Kebuntingan umur 59 hari dimana terlihat (1) bagian anterior thorax fetus, (2) anggota gerak (kaki depan); (N) Kebuntingan umur 59 hari dimana terlihat (2) anggota gerak (kaki depan), (3) placentome, (4) rusuk (ribs), (5) umbilical cord; (O) Kebuntingan umur 100 hari; (P) Kebuntingan umur umur 4 bulan terlihat (1) thoraric cavity, (2)  rusuk, (3) jantung / cor (4) pulmobary trunk, (5) pulmo,  (6) diafragma, (7) abdominal cavity, (8) liver / hepar, (9) reticulum, (10) rumen, (11) omasum, (12) abomasum, (13) intestines (Frickle dan Lamb, 2002; Blankenvoorde, 2011; BCF Technology Ltd, 2012; Lemma, 2014).


Pengamatan perkembangan fetus bovine selama kebuntingan biasanya menggunakan frekuensi 5-7.5 MHz probe (terutama dibawah 90 hari kebuntingan). Setelah 7 bulan kebuntingan ukuran dan kedalam uterus berubah dan disarankan menggunakan frekuensi yang lebih rendah (3.5 MHz) karena kemampuan penetrasinya yang lebih dalam (Adam dan Singh, 2011). Berikut adalah tabel yang dapat digunakan agar dapat menjadi pantuan posisi uterus dan fetus selama kebuntingan pada bovine:


Tabel 3. Posisi serta diameter uterus pada pengamatan kebuntingan secara rectal sebagai pedoman diagnose kebuntingan awal pada bovine (Blankenvoorde, 2011):

Hari kebuntingan
Posisi uterus
Diameter cornue pada kondisi bunting
Struktur yang dapat dipalpasi
35-40
Dasar pelvic
Agak membesar
Uterine tidak simetris / terdapat fetal slip
45-50
Dasar pelvic
5-6 cm
Uterine tidak simetris / terdapat fetal slip
60
Pelvis / abdomen
6.5-7 cm
Membrane slip
90
Abdomen
8-10 cm
Placentomes berukuran kecil / fetus (dengan panjang 10-15 cm )
120
Abdomen
12 cm
Placentomes berukuran kecil / fetus (dengan panjang 25-30 cm )
150
Abdomen
18 cm
Placentomes berukuran kecil / fetus (dengan panjang 35-40 cm )



Tabel 4. Identifikasi fetus melalui USG pada deteksi awal kebuntingan bovine berdasarkan Curran et al (1986):

Characteristic
Mean day
Range
Embryo proper
20.3
19-24
Heartbeat
20.9
19-24
Allantois
23.2
22-25
Spinal cord
29.1
26-33
Forelimb buds
29.1
28-31
Amnion
29.5
28-33
Eye orbit
30.2
29-33
Hindlimb buds
31.2
30-33
Placentomes
35.2
33-38
Split hooves
44.6
42-49
Fetal movement
44.8
42-50
Ribs
52.8
51-55


Tabel 5. Panduan dalam penentuan umur kebuntingan ternak berdasarkan ukuran fetus (BCF Technology Ltd, 2012):


Diagnose Kebuntingan pada Kambing melalui USG biasanya menggunakan frekuensi standar 5 MHz probe, dimana kebuntingan awal dapat ditentukan berdasarkan keberadaan fetus dan detak jantung fetus yang dapat dideteksi >25 hari post-breeding secara intrarectal dan > 35 hari post-breeding secara transabdominal, serta berdasarkan keberadaan placentomes yang dapat dideteksi > 40 hari post-breeding secara transabdominal (Dawson, 1999).


Gambar 15. Gambaran USG pada diagnose kebuntingan kambing. (A) Kebuntingan tahap awal yaitu umur 20-26 hari terlihat pada area non-echogenic (NE); (B) Kebuntingan umur 28 hari dimana terlihat fetus, jantung, dinding uterus, cairan amniotic dengan menggunakan probe transrectal; (C) Kebuntingan umur 33 hari dimana terlihat detak jantung fetus dan cairan amniotic; (D) Kebuntingan umur 63 hari dimana terlihat jantung fetus dan spial cord; (E) Kebuntingan umur 72 hari dimana terlihat fetus, jantung, dan placentome dengan menggunakan probe transrectal; (F) Kebuntingan umur 82 hari dimana terlihat jantung fetus; (G) Kebuntingan tahap akhir pada umur 103 hari dimana terlihat fetus, spial cord, dan organ fetus; (H) Kebuntingan tahap akhir pada umur 103 hari dimana terlihat jantung fetus, organ fetus serta spinal cord dengan menggunakan probe transabodominal; (I) Kebuntingan umur 143 hari dimana terlihat placentome dengan menggunakan probe transabdominal (Raja Ili Airina et al., 2011; Raja-Khalif et al, 2014).


GAMBARAN USG: FOETAL SEXING

Pengamatan jenis kelamin fetus (foetal sexing) dapat diamati berdasarkan lokasi dari genital tubercle (prekusor kepada penis dan clitoris). Genital tubercle baik jantan maupun betina bersifat echogenic sehingga terlihat sebagai struktur berwarna putih (DesCôteaux et al., 2006a). Pada fetus betina: genital tubercle terletak diantara ekor dan kaki belakang (letak lebih berdekatan dengan ekor atau dibawah ekor). Pada fetus jantan: genital tubercle terletak diantara umbilicus dan kaki belakang (di caudal pada umbilicus dan letak lebih berdekatan dengan umbilicus) sedangkan scrotum terletak diantara kaki belakang. Pada bovine, penentuan fetal sex dapat dilakukan secara USG seawal 55-60 hari post-ovulasi (54-100 hari kebuntingan, ideal 60 dan 70 hari kebuntingan) (Blankenvoorde, 2011; BCF Technology Ltd, 2012). Pada kambing, penentuan fetal sex dapat diamati mulai sekitar umur kebutingan 40-60 hari (Santos et al., 2006).


Gambar 16. Gambaran USG foetal sexing pada diagnose kebuntingan bovine. (A) Gambaran perkembangan fetal sex pada umur kebuntingan 40 hari dimana terdapat adanya bentukan kecil sebagai genital tubercle (GT) pada garis median dari dinding andominal diantara kaki belakang, dan diantara GT serta umbilicus (OM) terdapat pembengkakan genital (GS, genital swelling); (B) Gambaran perkembangan fetus jantan dimana pada sekitar umur kebuntingan 50 hari genital tubercle (GT) akan bermigrasi ke cranial berdekatan umbilicus (OM) sedangkan pada sekitar kebunitngan 58 hari pembengkakan genital (GS) akan lebih ke caudal dan menyatu ke garis median dimana GS akan berkembang menjadi scrotum, serta terlihat urogenital fold (UF) pada kebuntingan 65-70 hari yang nantinya berkembang sebagai prepuce (preputium penis); (C) Gambaran perkembangan fetus betina dimana sekitar umur kebuntingan 50 dan 58 hari genital tubercle (GT) akan bermigrasi diantara kaki belakang menuju region anal yang lokasinya berdekatan dengan ekor (arah migrasi berlawanan dengan arah migrasi fetus jantan) dimana GT akan berkembang menjadi clitoris dan urogenital fold (UF) akan berkembang menjadi vulvar labia; (D) Fetus jantan dimana penis terletak di caudal umbiliculus dan terdapat scrotum di antara kaki belakang; (E) Gambaran USG fetus jantan pada umur kebuntingan 70 hari dimana terlihat genital tubercle (MGT, male genital tubercle) yang terletak berdekatan dengan umbilicus; (F) Gambaran USG fetus jantan pada umur kebuntingan 70 hari dimana terlihat scrotum yang terletak diantara kaki belakang; (G) Gambaran USG fetus jantan dimana terlihat genital tubercle yang terletak diantara umbilicus cord dan kaki belakang  (letak MGT lebih berdekatan dengan umbilicus); (H) Gambaran USG fetus jantan pada umur kebuntingan 65 hari dimana terlihat scrotum dan diperjelas dengan adanya gambaran pada (I) yaitu bulatan kuning menunjukkan anggota gerak (limb), bulatan merah yaitu umbilicus, bulatan hijau yaitu genital tubercle, dan segiempat biru yaitu scrotum; (J) Fetus betina dimana terdapat vulva (FGT, female genital tubercle) yang terletak diantara kaki belakang dan ekor (letak FGT lebih berdekatan dengan ekor); (K) Gambaran USG fetus betina pada umur kebuntingan 75 hari dimana terlihat genital tubercle yang terletak berdekatan dengan ekor; (L) Gambaran USG fetus betina pada umur kebuntingan 80 hari dimana terlihat putting, paha, umbilicus; (M) Gambaran USG fetus betina dimana terlihat genital tubercle yang terletak berdekatan ekor; (N) Gambaran USG fetus betina pada umur kebuntingan 65 hari dimana terlihat genital tubercle betina dan diperjelas dengan adanya gambaran pada (O) yaitu bulatan kuning menunjukkan anggota gerak (limb) dan bulatan hijau yaitu genital tubercle (Fricke dan Lamb, 2002; Stroud, 2005; DesCôteaux et al., 2006a; Lamb dan Fricke, 2008; BCF Technology Ltd, 2012)



Gambar 17. Gambaran foetal sexing pada saat diagnose kebuntingan kambing. (A) Fetus jantan, dimana terlihat genital tubercle (gt) yang berlokasi tepat di caudal umbilical cord (uc); (B) Fetus betina, dimana terlihat genital tubercle (gt) yang berlokasi berdekatan atau langsung di bawah ekor (t) (Santos et al., 2006).



Daftar Pustaka

Adam, G.P., 2007. Theriogenelogy in Liamas and Alpacas. Large Animal Veterinary Rounds, 7(10), http://www.canadianveterinarians.net/larounds
                     
Adam, G.P., dan Singh, J., 2011. Bovine Bodyworks: Ultrasound Imaging of Reproductive Events in Cows. http://www.wcds.ca/proc/2011/Manuscripts/Adams.pdf


Blankenvoorde, G., 2011. Determination of Gestational Age in Dairy Cattle Using Transrectal Ultrasound Measurements of Placentome Size. http://dspace.library.uu.nl/handle/1874/211905
Bowen, R., 2000. Placentation in Ruminants (Cattle, sheep,..) http://www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys/reprod/placenta/ruminants.html

Curran, S., Pierson, RA., Ginther, O.J., 1986. Ultrasonographic Appearance of The Bovine Conceptus from Days 20 through 60. JAVMA, 189:1295-1302.

DesCôteaux, L., Carrière, P.D., dan Durocher, J., 2006a. Ultrasonography of The Reproductive System of The Cow: Basic principles, Practical uses and Economic aspects of This Diagnostic Tool in Dairy Production.

DesCôteaux, L., Gnemmi, G., Colloton, J., 2006b. Practical Atlas of Ruminant and Camelid Reproductive ultrasonography.

Dawson, L. J. 1999. Pregnancy Diagnosis in Goats. Pages 97-103 in Proc. 14th Ann.
Goat Field Day, Langston University, Langston, OK.

Frickle, P.M., dan Lamb, G. C., 2002. Practical Applications of Ultrasound for Reproductive Management of Beef and Dairy Cattle. Proceedings,The Applied Reproductive Strategies In Beef Cattle Workshop, pp 228-245, Manhattan, Kansas. http://www.dairyweb.ca/Resources/USWebDocs/ReproUltrasound.pdf

Lamb, G.C., dan Fricke, P.M., 2008. Utrasound-Early Pregnancy Diagnosis and Fetal sexing,

Lemma, A., 2014. The Role of Trans-Rectal Ultrasonography in Artificial Insemination Program. http://dx.doi.org/10.5772/52721

Midla, L/. 2014. Goat Pregnancy Detection with Easi-Scan: Part 1 of 2
http://www.northamerica.bcftechnology.com/learning/farm-animal/clinical-resources/goat-pregnancy-detection-with-easi-scan-part-1-of-2

Raja Ili Airina, R.K., Mohd Nizam, A.R., Abdullah, R.B., dan Wan Khadijah, W.E., 2011. Using Fetal-Heart Size Measured from Ultrasound Scanner Images to Estimate Age of Gestation in Goat. Journal o Animal and Veterinary Advances, 10 (19): 2528-2540.

Raja-Khalif, R.I.A., Rahman, M.M., Wan-Khadijah, W.E., dan Abdullah, R., 2014. Pregnancy Diagnosis in Goats by Using Two Different Ultrasound Probes. The Journal of Animal & Plant Sciences, 24(4):1026-1031

Santos, M.H.B., Moura, R.T.D., Chaves, R.M., Soares, A.T., Neves, J.P., Reichenbach, H.D., Lima, P.F., dan Oliveira, M.A.I., 2006. Sexing of Boer Goat Fetuses Using Transrectal Ultrasonography. Anim. Reprod., 3(3):359-363.

Stroud, 2005. Bovine Fetal sexing Using Ultrasound. Proccedings, Applied reproductive Strategies in Beef Cattle, Texas A&M University, College Station.

Terzano, G.M., 2012. Utrasonography and Reproduction in Buffalo. Journal of buffalo Science, 1:163-173.






Postingan populer dari blog ini

Metabolisme Zinc Pada Manusia Dan Hewan (Anjing & Kucing)

PROSEDUR HISTOLOGI: PEMBUATAN BLOK PARAFFIN DAN PEMOTONGAN