TUMOR SPONTANEOUS PADA TIKUS PUTIH

Kejadian tumor spontaneous dapat dijadikan model untuk mempelajari karsinogenik, namun bila dibandingkan kejadian neoplasma akibat induksi secara kimiawi, tumor spontaneous merupakan model yang tidak begitu baik untuk mempelajari mekanisme tumor pada manusia. Hal ini dikarenakan kejadian tumor secara spontan pada rodent memiliki sedikit perbedaan dengan kejadian pada manusia. Namun apabila dilihat dari segi keamanan dalam penggunaan bahan kimia secara kronis, peningkatan insidensi tumor spontaneous dapat menjadi indikator yang mengguntungkan dalam melihat efek paparan karsinogenik (Krinke et al., 2000).
           
Tikus putih merupakan salah satu jenis hewan laboratorium yang telah dilaporkan insidensinya terhadap kejadian  tumor secara spontan. Strain tikus putih yang sering mengalami tumor spontaneous adalah Fisher344, Wistar, dan Sprague-Dawley (Sumi et al., 1976; Yamate et al., 1987; Walsh dan Poteracki, 1994; dan Krinke et al., 2000).
           

Berikut adalah  review data insidensi tumor spontaneous pada 1370 tikus wistar yang menjadi kontrol pada dari bioassay 10 karsinogenik antara tahun 1980-1990, dengan jumlah tumor sebanyak 1857 oleh Walsh dan Poteracki (1994).

 Tabel 1. Insidensi tumor pada tikus wistar kontrol (Walsh dan Poteracki, 1994)

Jantan
Betina

N
%
N
%
Populasi
685

685

Tikus dengan tumor
466
68,03
582
84,96
Tikus dengan benigna
357
52,12
530
77,37
Tikus dengan malignat
191
27,88
225
32,85
Tumor
721

1136

Benigna
513
71,15
877
77,20
Malignant
208
28,85
295
22,80
Tumor metastatis
19
9,13
37
14,30
Minggu pertama kali terdiagnosis
15

22











Tabel 2.Tumor spantaneous pada tikus wistar kontrol sebagai kontrol (Walsh dan Poteracki, 1994).
Neoplasma
Jantan
Betina
N
%
N
%
Endrokrin





Pituitary adenoma
190
27,74
376
54,89

Adrenal cortical adenoma
57
8,32
64



Cortical carcinoma
6
0,88
8
1,17


Pheochromocytoma
36
5,26
11
1,61

Parathyroid adenoma
9
1,31
3
0,45

Thyroid C cell adenoma
17
2,48
27
3,94


C cell carcinoma
4
0,53
3
0,44


Follicular adenoma
14
2,04
5
0,73


Follicular carcinoma
4
0,58
6
0,88

Pancreatic islet cell adenoma
26
3,80
11
1,61


Islet cell carcinoma
4
0,58
3
0,44

Integumentary





Mammary fibroadenoma
9
1,31
173
25,26


Adenoma
1
0,15
30
4,38


Adenomacarcinoma
7
1,02
90
13,14

Lipoma
11
1,61
5
0,73

Fibroma
31
4,53
7
1,02

Fibrosarcoma
5
0,73
5
0,73

Papilloma
11
1,61
3
0,44

Squamous cell carcinoma
6
0,88
2
0,29

Keratoacanthoma
5
0,73
1
0,15

Basal cell tumor


3
0,44

Basal cell carcinoma
2
0,29
1
0,15

Hemangioma
2
0,29
3
0,44

Hemangiosarcoma
2
0,29
1
0,15

Leiomyyosarcoma
6
0,88
2
0,29

Fibrous histiocytoma
7
1,02
2
0,29

Histiocystic sarcoma
5
0,73
2
0,29

Sebaceous adenoma
4
0,58



Sarcoma, NOS
4
0,58
3
0,44

Reproduksi





Testicular interstitial cell tumor
27
3,94




Mesothelioma
3
0,44



Granuloma cell tumor


15
2,19

Endometrial stromal polyp


66
9,64

Endometrial stromal sarcoma


7
1,02

Uterine adenocarcinoma


11
1,61

Uterine/vaginal hemangioma


5
0,73


Leiomyoma


3
0,44


Leiomyosarcoma


4
0,58


Sarcoma, NOS


3
0,44

Vaginal polyp


7
1,02

Hematopoietic/lymphatic





Lymphoma/ lymphoid tumor
36
5,26
29
4,23







Neoplasma
Jantan
Betina
N
%
N
%

Leukemia
5
0,73
6
0,88

Thymoma
3
0,44
26
3,80

Lymph node hemangioma
10
1,46
4
0,58


Hemangiosarcoma
3
0,44
1
0,15

Splenic Hemangiosarcoma
4
0,58



Gastrointestinal





Hepatic adenoma
7
1,02
16
2,34


Carcinoma
6
0,88
6
0,88

Cholangioma
2
0,29
1
0,15

Pancreatic acinar adenoma
17
2,48
2
0,29


Acinar carcinoma
4
0,58



Intestinal carcinoma
3
0,44
1
0,15


Leiomyoma


3
0,44

Nervus





Glioma
3
0,44
2
0,29

Astrocytoma
22
3,21
9
1,31

Granular cell tumor
3
0,44



Respiratori





Alveolar adenoma
6
0,88




Carcinoma
1
0,15
2
0,29

Urinary





Renal adenoma
3
0,44
1
0,15


Lipoma
2
0,29
1
0,15

Bladder transitional cell carcinoma
3
0,44



Multiple sites





Histiocytic sarcoma
16
2,34
7
1,02



Dari data di atas terlihat kejadian tumor secara spontan pada tikus putih kebanyakan pada jenis kelamin betina.

Daftar pustaka

Krinke et al., 200 Krinke, G.J., Kaufmann, W., Mahrous, A., dan Schaetti, P., 2000. Morphologic characterization of spontaneous nervous system tumors in mice and rats. Toxicol Pathol. 28:178-192.
Sumi, N., Stavrou, D., Frohberg, H., dan Jochmann, G., 1976. The incidence of spontaneous tumors of the central nervous system of wistar rats. Arch. Toxicol. 35:1-13.
                                            
Yamate, J., Tajima, M., Nunoya, T., dan Kudow, S., 1987. Spontaneous tumors of the central nervous system of fisher 344/DuCrj Rats. Jpn. J. Vet. Sci. 49(1):67-75.

Walsh, K. M., dan Poteracki, J., 1994. Spontenous neoplasms in control wistar rats. Fundamental and Applied Toxicology. 22:65-72.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metabolisme Zinc Pada Manusia Dan Hewan (Anjing & Kucing)

PROSEDUR HISTOLOGI: PEMBUATAN BLOK PARAFFIN DAN PEMOTONGAN

Ultrasonography (Usg) dan Aplikasinya Pada Pemeriksaan Organ Reproduksi Serta Diagnosa Kebuntingan & Foetal Sexing Pada Ternak