HISTOLOGI FORMASI HIPPOKAMPUS MELALUI PEWARNAAN CRESYL ECHT VIOLET

Formasi hippokampus dapat dibagi menjadi girus dentatus (DG), cornu ammonis 1 (CA1), cornu ammonis  (CA2), cornu ammonis 3 (CA3) dan subikulum (Irawan, 2008) 


Gambar 1. Pembagian area pada formasi hippocampus. Girus dentatus (DG) dibagi menjadi lapisan granular, molekular, dan polimorfik, sedangkan cornu ammonis (CA) dibagi menjadi  stratum pyramidale, oriens, dan radiatum-lacunosum-moleculare (Harry dan d’Hellencourt, 2003).




Metode Pewarnaan Cresyl Echt Violet (Irawan, 2008)
  1. Slide jaringan dalam parafin yang akan diwarnai dengan cresyl echt violet diatur dalam rak pewarnaan, kemudian diinkubasi pada suhu 60 C selama 2 jam. Tujuan inkubasi ini adalah menguatkan lagi perlekatan atau adhesi jaringan dengan slide
  2. Slide dikeluarkan dari inkubator dan disimpan pada suhu ruang untuk diwarnai pada hari berikutnya atau minimal 90 menit pada suhu ruang. Tujuannya agar suhu slde jaringan kembali pada suhu ruang sebelum dilakukan proses selanjutnya.
  3. Selanjutnya dilakukan deparafinisasi dengan xilol sebanyak tiga kali masing-masing selama lima menit
  4. Kemudian slide rehidrasi dengan memasukkan slide jaringan ke dalam alkohol bertingkat dari alkohol absolut dua kali, alkohol 95% dua kali, alkohol 80 %, alkohol 70% masing-masing lima menit, dan dicelup dalam aquades hingga alkohol hilang.
  5. Setelah proses rehidrasi, slide jaringan dimasukkan dalam cresyl echt violet (Chroma, 1A 396) selama 30 menit pada suhu 37 C,
  6. Kemudian  didehidrasi dengan alkohol 70% sampai dengan alkohol absolut masing-masing lima celup,
  7. Selanjutnya dilakukan clearing dalam  xilol sebanyak tiga kali masing-masing dua menit. Slide yang telah diwarnai ditutup dengan kaca penutup (mounting) yang sebelumnya telah ditetesi dengan xilol dan mounting medium Canada balsam (Wako Pure Chemical Industries, Ltd.) (metode dimodifikasi dari Luna, 1968).


Hasil Pewarnaan
Gambar 2. Gambaran histologi formasi hippokampus fetus monyet ekor panjang dengan pewarnaan cresyl echt violet. Girus dentatus (A), CA3 (B), CA2 (C), CA1 (D), subikulum (E), lapisan granuler (g), lapisan piramidal (p) (Irawan, 2008) 



Gambar 3. CA1, CA2, dan CA3 didominasi oleh lapisan piramidal (Irawan, 2008)


Girus dentatus memiliki lapisan granuler yang terdiri dari neuron-neuron tersusun padat sehingga mudah untuk diidentifikasi, sedangkan CA1, CA2, CA3dan subikulum didominasi oleh lapisan piramidal.  Girus dentatus dibagi menjadi tiga lapisan yaitu lapisan molekuler, lapisan granuler, dan lapisan polimorfik. Area CA1 dan CA2 dibagi menjadi stratum molekuler-lakunosum, stratu radiatum, stratum piramidal, dan stratum oriensArea CA3 dibagi menjadi stratum molekuler-lakunosum, stratum radiatum, stratum lusidum, stratum piramidal, stratum oriens (Kumar et al., 2001). Sedangkan area subikulum ditempati oleh sebagian besar dari stratum piramidal (Witter dan Amaral, 2004).


Daftar pustaka

Harry, G.J., dan d’Hellencourt, C.L., 2003. Dentate gyrus: Alterations that occur with hippocampal injury. NeuroToxicology. 24:343-356.

Irawan, V., 2008. Skripsi: Keberadaan dan distribusi map-2 terfosforilasi di korteks serebrum fetus monyet ekor panjang (macaca fascicularis) pada trisemester akhir kebuntingan. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

Luna, L.G., 1968. Manual of histologic staining methods of the Armed Forces Institute of Pathology. In L.G. Luna (Ed.), New York: McGraw-Hill, hlm. 212-213.

Kumar, P. A., Baker, L. P., Storm, D. R., dan Bowden, D. M., 2001. Expression of Type I Adenylyl Cyclase in Intrinsic Pathways of The Hippocampal Formation of Macaque (Macaca nemestrina). Neurosci. Letts.299:181-184.

Witter, M.P., dan Amaral, D.G., 2004. Hippocampal Formation, dalam The Rat Nervous System, 3th ed., Elsevier.hlm.635-704.



Postingan populer dari blog ini

Metabolisme Zinc Pada Manusia Dan Hewan (Anjing & Kucing)

PROSEDUR HISTOLOGI: PEMBUATAN BLOK PARAFFIN DAN PEMOTONGAN

Ultrasonography (Usg) dan Aplikasinya Pada Pemeriksaan Organ Reproduksi Serta Diagnosa Kebuntingan & Foetal Sexing Pada Ternak