Ultrasonography (Usg) dan Aplikasinya Pada Pemeriksaan Organ Reproduksi Serta Diagnosa Kebuntingan & Foetal Sexing Pada Ternak
Ultrasonography
(USG) digunakan sebagai alat diagnose pada sistem reproduksi betina dan
memiliki nilai ekonomis untuk menentukan kebuntingan awal pada ternak
(DesCôteaux et al., 2006a). Pada artikel ini dibahas tentang prinsip dasar USG,
tipe USG, komponen USG, gambaran USG dari organ reproduksi serta diagnose kebuntingan
& foetal sexing pada ternak.
PRINSIP DASAR USG
Gambaran
USG terbentuk dari intensitas gelombang suara yang dipantulkan kembali oleh
jaringan kepada probe (transducer). Berdasarkan kekuatan intensitas tersebut
dapat dievaluasi bentuk, kontur, ukuran serta posisi dari struktur yang
dipelajari. Struktur echogenic
terbentuk dari pantulan gelombang suara yang tervisualisasi sebagai warna putih hingga abu-abu pada monitor,
sedangkan struktur yang tidak bersifat echoes (anechogenic) seperti cairan folikel akan mentransmisikan gelombang
sehingga tervisualisasikan sebagai warna
hitam (DesCôteaux et al., 2006a).
Gambar
1. Terminologi echotexture. Jaringan yang memantulan gelombang suara kembali
akan memberi gambaran echogenic yang dapat dibedakan menjadi putih, abu-abu
atau abu-abu hitam, sedangkan jaringan yang mentransmisi gelombang akan bersifat
anechogenic dan tervisualisasi sebagai warna hitam. Pada gambaran echogenic, apabila
area yang diamati memiliki intensitas yang sama dengan jaringan sekitarnya (yang
berwarna abu-abu) maka ia bersifat isoechogenic. bila terjadi peningkatan
intensitas maka ia akan tervisualisasi lebih berwarna putih sehingga bersifat hyperechogenic,
sedangkan bila terjadi penurunan intensitas maka ia akan tervisualisasi lebih berwarna abu-abu hitam sehingga
bersifat hypoechogenic (DesCôteaux et al., 2006a).
TIPE USG
Terdapat
beberapa tipe USG antara lain: (1) unit USG yang biasa ditemukan di hospital
yang berukuran besar dan sulit dipindahkan atau bersifat statis (nontransportable hospital grade ultrasound unit),
(2) unit USG yang biasa ditemukan di hospital yang berukuran sedang dan lebih
mudah dipindahkan (transportable hospital
grade ultrasonic unit), dan (3) unit USG yang biasa dibawa ke lapangan,
berukuran kecil, dan mudah dibawa kemana saja (portable ultrasound unit) (DesCôteaux et al., 2006b). Beberapa
contoh produk USG yang digunakan untuk pemeriksaan kebuntingan maupun status
organ reproduksi ternak seperti Draminski portable USG, Easy Scan BCFTechnology portable USG, Hitachi-Aloka, dan lain-lain.
Gambar
2. Tipe-tipe USG: (A) nontransportable
hospital grade ultrasound unit, (B) transportable
hospital grade ultrasonic unit, dan (C)
portable ultrasound unit (DesCôteaux et al., 2006b; BCF Technology Ltd,
2012).
KOMPONEN USG
Komponen
yang terdapat pada USG seperti monitor, keyboard, printer serta probe. Probe
merupakan komponen penting yang memiliki beberapa variasi tipe. Tipe probe
dapat dibagi menjadi sector probe
dan linear probe (DesCôteaux et al.,
2006a). Perbedaan tipe ini mempengaruhi luas permukaan yang di scan.
Gambar
3. Tipe-tipe probe. (A) Linear probe dan (B) sector probe (DesCôteaux et al.,
2006a; 2006b).
Gambar
4. Variasi probes. (A) Sector probe; (B) Linear probe; (C) Convex atau curved
linear probe (DesCôteaux et al., 2006b).
Linear
probe sesuai digunakan untuk pengamatan ovaries dan uterus secara transrectal. Penggunaan
linear probe memberi gambaran dengan resolusi yang baik terhadap jaringan yang
terletak berdekatan dengan probe. Sector probe sesuai digunakan untuk
pengamatan fetus pada ruminansia kecil secara transabdominal maupun
intravaginal (DesCôteaux et al., 2006a). Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari
linear dan sector probe.
Kelebihan,
kekurangan, serta prinsip penggunaan probe USG pada bidang theriology
|
|||
Tipe
probe
|
Sector
Probe
|
Linear
Probe
|
Convex
atau curved linear probe
|
Kelebihan
|
Sedikit
kontak permukaan
|
Resolusi
tinggi pada area yang berdekatan dengan probe
|
Resolusi
tinggi pada area yang berdekatan dengan probe
|
Kekurangan
|
Resolusi
rendah pada area yang berdekatan dengan probe
|
Kontak
permukaan lebih luas
|
Kontak
permukaan baik namun lebih kecil dibandingkan linear probe
Perbedan
pada area yang jauh
|
Penggunaan
|
Probe
dapat digunakan secara intravaginal pada ruminant kecil
Pengamatan
transvaginal folliculocentesis pada in vitro fertilization ternak
Evaluasi
kesehatan fetus pada kebuntingan (7 bulan ke atas) pada ternak
|
Probe
dapat digunakan secara transrectal pada kebanyakan ruminant besar (jantan dan betina)
Pengamatan
testicles
|
Evaluasi
ovaries pada metode superovulasi
Pengamatan
sistem reroduksi secara transrectal oleh beberapa praktisi
|
Resolusi
atau detail gambaran USG serta kedalaman jaringan yang diamati dipengaruhi oleh
frekuensi yang digunakan. Penggunaan frekuensi yang rendah memberi efek
terjadinya penetrasi yang dalam ke jaringan namun resolusi yang dihasilkan
rendah, sedangkan penggunaan frekuensi yang tinggi memberi efek terjadinya
penetrasi yang tidak begitu dalam ke jaringan namun resolusi yang dihasilkan
tinggi (DesCôteaux et al., 2006a).
3.5
MHz (Frekuensi rendah)
|
5 MHz (Frekuensi sedang)
|
7
MHz (Frekuensi tinggi)
|
Kedalaman
tampilan atau penetrasi adalah tinggi
(0-20
cm)
|
Kedalaman
tampilan atau penetrasi adalah sedang
(0-12
cm)
|
Kedalaman
tampilan atau penetrasi adalah sedang
(0-12
cm)
|
Digunakan untuk pengamatan kebuntingan
(7 bulan ke atas),
post-partum uterus
|
Digunakan
untuk pengamatan follicles dan corpus luteum
Diagnosis
kebuntingan
Foetal
sexing
|
Digunakan
untuk pengamatan follicles dan corpus luteum
Diagnosis
kebuntingan
|
GAMBARAN USG: ORGAN REPRODUKSI
TERNAK
OVARIES
Lamanya
siklus estrus pada bovine dipengaruhi oleh siklus gelombang folikel. Pada bovine
siklus gelombang folikel dapat terjadi 2 atau 3 kali. Bovine dengan lama siklus
estrus yang lebih pendek (19-20 hari) memiliki siklus gelombang folikel
sebanyak 2 kali sedangkan bovine dengan lama silkus estrus yang lebih panjang
(22-23 hari) memiliki siklus gelombang estrus sebanyak 3 kali. Bila hewan
memiliki lama siklus estrus selama 21 hari maka hewan dapat memiliki 2 dan 3
gelombang folikel (Adam dan Singh, 2011).
Gambar
5. Siklus gelombang folikel (2 dan 3 gelombang) dan dinamika hormonal pada
siklus estrus ternak / bovine (Frickle dan Lamb, 2002; Adam dan Singh, 2011).
Gambar
6. Siklus gelombang folikel (2 gelombang) pada kerbau serta ukuran folikel
(Terzano, 2012).
Ovary
dapat dibagi menjadi 2 kondisi yaitu anoestrus
dan ovary aktif. Pada kondisi
anoestrus, stroma bersifat homogenous echogenicity. Struktur yang berkaitan
dengan aktivitas cyclic seperti corpus lutea dan folikel tidak terlihat pada
kondisi anoestrus. Kondisi anoestrus biasa ditemukan pada anak sapi. Pada
kondisi ovary aktif, pemeriksaan USG akan menemukan keberadaan stroma ovarian
yang bersifat echogenicities
(sehingga terlihat berwarna abu-abu), terlihat adanya folikel dan corpus lutea
(BCF Technology Ltd, 2012).
Gambaran Folikel
pada pemeriksaan USG bersifat anechoic yang terletak didalam stroma ovarian.
Folikel tidak selalu terlihat bulat atau bundar karena adanya tekanan yang
lemah dari transducer pada permukaan jaringan ovarian (BCF Technology Ltd,
2012).
Gambaran Corpus Lutea (CL) pada
bovine biasanya ditemukan sekitar 2 atau 3 selama siklus estrus. Jaringan lutea
bersifat echogenic. Keberadaan CL harus dapat dibedakan dengan luteal cyst.
Normal CL pada bovine memiliki lacuna pada bagian central berdiameter kurang
dari 25 mm. CL akan terdeteksi oleh USG setelah 4 hari post-ovulasi. Jika
fertilisasi tidak terjadi, ukuran CL akan membesar dan mencapai puncak pada
hari ke-16 post-ovulasi dan kemudian mengalami regresi. Pengamatan ovaries
secara berulang akan memberi data yang jelas terhadap gambaran siklus estrus.
Bila terjadi fertilisasi, CL akan persistence dan dapat dilihat pada
pemeriksaan awal kebuntingan dimana embryonic vesicle biasanya akan terlihat
pada ipsilateral cornue uterus, serta terlihat adanya CL pada ovary (BCF
Technology Ltd, 2012).
Gambaran Cystic Ovarian
ditemukan pada kondisi aktivitas cyclic yang abnormal. Pada kondisi ini
terdapat struktur yang berisi cairan dengan ukuran lebih dari 25 mm pada ovary
bovine yang ditemukan lebih dari 10 hari dan CL tidak berfungsi. Terdapat dua
tipe ovarian cysts yaitu follicular cysts dan luteal cysts. Follicular cysts
memiliki dinding yang tipis (kurang dari 3mm) dan bersifat halus, sedangkan
luteal cysts memiliki dinding yang lebih tebal (besar dari 3 mm) (BCF
Technology Ltd, 2012).
Gambar
7. Gambaran USG folikel, corpus lutea (CL) dan cysts ovarian bovine. (A)
Folikel ovary, ukuran 13 mm, USG secara transvaginal dengan 7.5 MHz probe; (B)
Folikel ovary; (C) CL serta lacunae; (D) CL serta folikel; (E) Dua folikel
berukuran kecil kurang dari 5 mm; (F) Folikel pre-ovulatory saat proestrus
dengan ukuran 13mm; (G) Antrum yang terbentuk akibat delaminasi lapisan granula
setelah perkembangan folikel; (H) Follicular cyst dengan diameter 45 mm dengan
dinding yang tipis; (I) Luteal cyst dengan diameter 34 mm dengan dinding yang
lebih tebal (Frickle dan Lamb, 2002; Adam
dan Singh, 2011; BCF Technology Ltd, 2012).
Gambar
8. Gambaran USG ovaries kerbau, menunjukkan (A) folikel berukuran kecil (SF), (B) folikel berukuran sedang serta corpus lutea (MF, CL), dan (C) folikel dominant (DF) (Terzano,
2012).
PLACENTOME
Placenta
terdiri dari komponen fetus yang berasal dari chorion dan komponen maternal
yaitu uterine endometrial. Perlekatan embryo pada uterine endometrium berfungsi
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi serta proteksi selama perkembangan. Pada
ruminansia memiliki placenta cotyledonary. Placentome merupakan bagian dari
placenta yang terdiri dari cotyledon fetus dan carucle maternal yang terbentuk
dari bagian caruncular uterus. Placentome merupakan bagian yang spesifik dalam
proses perpindahan metabolism. Pada umur kebuntingan 25 hari pada sapi terjadi
inisiasi perlekatan chorion pada caruncles uterus dimana perlekatan ini akan
selesai sekitar umur kebuntingan 40 hari. Pada sapi keberadaan placentome dapat
diamati setelah 35 hari kebuntingan. (Blankenvoorde, 2011). Pada kambing
keberadaan placentomes dapat dideteksi > 40 hari post-breeding secara
transabdominal (Dawson, 1999).
Terdapat
dua bentuk placentome pada bovine (sapi / lembu) yaitu concave dan flat. Placentome
normal pada bovine berbentuk concave dimana jaringan chorion terdapat pada
bagian luar sedangkan jaringan caruncular berada pada bagian dalam. Pada
kambing dan domba, placentome berbentuk convex atau C atau cup-like shape (Blankenvoorde, 2011).
Gambar
9. Gambaran bentuk placentome pada sapi / lembu dan domba. (A) Placentome sapi /
lembu berbentuk concave; (B) placentome domba berbentuk convex (Bowen, 2000;
Blankenvoorde, 2011).
Gambar
10. Gambaran USG placentome bovine berbentuk concave. (A) Gambaran fetus,
amnion, allantochorion, serta cotyledone yang terlihat pada usia kebuntingan 60
hari; (B) Gambaran USG dimana terlihat adanya fetus, membrane amniotic, serta
placentome yang berbentuk concave; (C) Placentome pada cornue uterus pada umur
kebuntingan 74 hari; (D) Placentome pada cornue uterus pada umur kebuntingan 96
hari; (E) Placentome pada cornue uterus pada umur kebuntingan 110 hari; (F)
Placentome pada cornue uterus pada umur kebuntingan 159 hari (Blankenvoorde,
2011; BCF Technology Ltd, 2012).
Gambar
11. Gambaran USG placentome kambing berbentuk convex. (A) Placentome pada
kebuntingan umur 53 hari; (B) Placentome pada kebuntingan umur 67 hari; (C)
Placentome pada kebuntingan umur 121 hari (Raja Ili Airina et al., 2011; Midla,
2014).
UTERUS
Gambaran
USG pada organ reproduksi betina (tubular genitalia) dipengaruhi oleh ketebalan
corpus uterus, peningkatan vascularity, edema, dan akumulasi mucus (Adam dan
Singh, 2011). Gambaran uterus dapat dibagi berdasarkan beberapa kondisi yaitu
uterus pada kondisi tidak bunting, uterus pada kondisi bunting, serta kondisi
patologis (endometritis / pyometra).
Gambaran Uterus pada Kondisi Tidak
Bunting memiliki tingkat echogenic yang bervariasi
tergantung pada tahapan pada siklus estrus, serta gambaran lumen yang
bervariasi akibat akumulasi cairan intraluminal yang juga tergantung pada
tahapan pada siklus estrus. Cornue
uterus yang berbentuk sirkuler memberi kemudahan pada pengamatan endometrium,
myometrium maupun lumen uterus. Pada kondisi estrus, endometrium menjadi lebih
oedematous dan terdapat lipatan endometrial yang dominan. Pada periode
periovulatory, lumen uterus tampak anechoic karena adanya akumulasi cairan.
Namun penting dibedakan pada kondisi uterus pada kebuntingan awal yang juga
terisi banyak cairan. Hal tersebut dapat dibedakan dengan juga dilakukannya
pengamatan ovaries berdasarkan keberadaan (ada atau tidak adanya) folikel serta
CL, fetus, membrane fetus, serta placentomes (cotyleton & caruncle) (BCF
Technology Ltd, 2012).
Berikut
adalah karakteristik gambaran uterus bovine berdasarkan tahapan dalam siklus
estrus:
Gambar
12. Karakteristik gambaran uterus bovine selama siklus estrus. Siklus estrus
dibagi menjadi proestrus dan oestrus (hari -4 hingga -1), ovulasi (hari 0), dan
diestrus (hari 3 hingga 16). Proestrus
dan oestrus (hari -4 hingga -1): endomedrial uterus bersifat heterogeous (terdapat
area yang menjadi lebih gelap, yang diselingi warna gelap dan abu-abu) yang
menunjukkan adanya edema uterus yang berasosiasi dengan akan terjadinya estrus
dan ovulasi, hal ini ditandai dengan adanya peningkatan ketebalan corpus
uterus, terdapat akumulasi cairan luminal pada uterus dan diikuti adanya cairan
pada cervix dan vaginal, serta minimalnya lengkungan (curl) pada cornue uterus. Diestrus
(day 3-16): endomedrial uterus bersifat homogeneous dimana ditandai dengan
minimalnya ketebalan, minimal cairan luminal, dan maximalnya lengkungan (curl) pada cornue uterus (Adam dan
Singh, 2011; Adam, 2007).
Gambaran Uterus pada Kondisi
Abnormal (endometritis dan pyometra) dapat dievaluasi
melalui USG. Pada kondisi endometritis, uterus terisi oleh cairan purulent atau
mucopurulent yang biasanya terjadi 21-26 hari post-partum. Akumulasi cairan
intrauterine ini terlihat sebagai partikel echogenic (seperti salju) dan
terjadi penebalan endometrial akibat oedema dan inflamasi. Pada kondisi
pyometra, uterus terisi cairan pus dimana pada gambaran USG menunjukkan lumen
uterus bersifat echohenicity dan bila dibandingkan dengan cairan fetus, cairan
fetus di uterus bersifat anechoic (BCF Technology Ltd, 2012).
Gambar
13. Gambaran USG uterus bovine. (A) dan (B) Gambaran USG pada kondisi tidak
bunting dengan probe 5 MHz uterus; (C) Gambaran
uterus pada kondisi tidak bunting dimana terdapat akumulasi cairan intraluminal
pada lumen uterus sebagai gambaran anechoic yang tergantung pada tahapan pada
siklus estrus; (D) Gambaran uterus pada kondisi bunting dimana terdapat embryo,
membrane amniotic serta cairan allantoic; (E) Gambaran endometritis dimana
terdapat akumulasi material (muco)purulent pada lumen uterus yang terlihat sebagai
partikel echogenic (seperti salju) dan terdapat penebalan endometrial; (F)
Gambaran pyometra dimana terdapat akumulasi material purulent pada lumen uterus
dimana tampak lumen uterus bersifat echohenicity (Frickle dan Lamb, 2002; BCF
Technology Ltd, 2012).
GAMBARAN USG: DIAGNOSE KEBUNTINGAN
PADA TERNAK
Diagnose Kebuntingan pada Bovine dapat
diamati seawal 17 hari setelah AI, namun hal ini memiliki resiko keguguran.
Resiko yang lebih rendah terhadap hilangnya embryo dapat dilakukan pengamatan kebuntingan
paling awal dilakukan yaitu 30 hari setelah breeding atau AI secara
transrectal. Namun paling aman untuk diagnose kebuntingan pada bovine sebaiknya
90-110 hari setelah breeding / AI.
Kondisi
bunting pada uterus dapat dipastikan dengan adanya embryo, selanjutnya
ditemukan adanya membrane fetus serta placentomes (BCF Technology Ltd, 2012).
Pada bovine, detak jantung embryo dapat diamati seawal 19 hari, namun biasanya
terlihat setelah 25 hari. Setelah 27 hari kebuntingan, lumen uterus akan mengalami
akumulasi cairan. Akumulasi cairan ini harus dapat dibedakan dengan kondisi
uterus saat estrus yang juga terisi cairan. Sebelum umur 30 hari kebuntingan,
embryo sulit diamati karena lokasinya yang berdekatan dengan dinding uterus
dengan sedikit cairan. Setelah 30 hari akan terlihat membrane amniotic. Setelah
35 hari akan terlihat placentome. Perlekatan umbilical cord dari embryo ke
uterus bermula pada hari ke-40 kebuntingan. Tulang rusuk pada fetus akan
terlihat setelah hari ke 50-60 kebuntingan, sedangkan tulang sternum antara
hari ke 81 dan 85. Pembentukan tulang cervical, thoracic, lumbar serta sacral
vertebrae bermula pada hari ke 61-65, pembentukan tulang scapula, illium,
ischium sekitar 70 hari, digital sekitar 81 dan 85 hari kebuntingan, sedangkan
coccygea vertebrae bermula pada hari ke-86 kebuntingan. Bagian tengah tulang
tengkorak kepala bersifat echogenic dan terlihat pada akhir bulan ke-2
kebuntingan dimana pembentukan tulang tengkorak tersebut akan lengkap pada hari
ke-100 kebuntingan (Blankenvoorde, 2011).
Gambar
14. Gambaran USG pada diagnose kebuntingan bovine. Embryo bersifat echogenic. (A) Kebuntingan umur 25 hari; (B) Kebuntingan umur 26 hari USG 5 MHz;
(C) Kebuntingan umur 30 hari; (D) Kebuntingan umur 30 hari dimana terlihat
embryo, membrane amniotic dan cairan allantoic; (E) Kebuntingan umur 33 hari dimana terlihat embryo, membrane
amniotic dan cairan allantois; (F) Kebuntingan
umur 35 hari; (G) Kebuntingan umur
40 hari dimana terlihat (1) embryo berukuran 21 mm dengan 7.5
MHz, (2) cairan amniotic, (3) cairan allantois, (4) anggota gerak (limb), (5)
placentome; (H) Kebuntingan
umur 42 hari dimana terlihat bagian kepala dan tubuh fetus, membrane amniotic,
dan placentome; (I) Kebuntingan umur
43 hari; (J) Kebuntingan umur 45
hari dimana terlihat fetus, membrane amniotic, dan placentome; (K) Kebuntingan umur 50 hari; (L) Kebuntingan umur 53 hari dimana
terlihat (1) bagian tubuh fetus, (2) amnion, (4) kepala;
(M) Kebuntingan umur 59 hari dimana
terlihat (1) bagian anterior thorax fetus, (2) anggota gerak
(kaki depan); (N) Kebuntingan
umur 59 hari dimana terlihat (2) anggota gerak (kaki depan), (3)
placentome, (4) rusuk (ribs), (5) umbilical cord; (O) Kebuntingan umur 100 hari; (P) Kebuntingan umur umur 4 bulan
terlihat (1) thoraric cavity, (2) rusuk, (3) jantung / cor (4) pulmobary trunk,
(5) pulmo, (6) diafragma, (7) abdominal
cavity, (8) liver / hepar, (9) reticulum, (10) rumen, (11) omasum, (12)
abomasum, (13) intestines (Frickle dan Lamb, 2002; Blankenvoorde,
2011; BCF Technology Ltd, 2012; Lemma, 2014).
Pengamatan
perkembangan fetus bovine selama kebuntingan biasanya menggunakan frekuensi 5-7.5
MHz probe (terutama dibawah 90 hari kebuntingan). Setelah 7 bulan kebuntingan
ukuran dan kedalam uterus berubah dan disarankan menggunakan frekuensi yang
lebih rendah (3.5 MHz) karena kemampuan penetrasinya yang lebih dalam (Adam dan
Singh, 2011). Berikut adalah tabel yang dapat digunakan agar dapat menjadi
pantuan posisi uterus dan fetus selama kebuntingan pada bovine:
Tabel
3. Posisi serta diameter uterus pada pengamatan kebuntingan secara rectal
sebagai pedoman diagnose kebuntingan awal pada bovine (Blankenvoorde, 2011):
Hari
kebuntingan
|
Posisi
uterus
|
Diameter
cornue pada kondisi bunting
|
Struktur
yang dapat dipalpasi
|
35-40
|
Dasar pelvic
|
Agak membesar
|
Uterine
tidak simetris / terdapat fetal slip
|
45-50
|
Dasar pelvic
|
5-6 cm
|
Uterine
tidak simetris / terdapat fetal slip
|
60
|
Pelvis / abdomen
|
6.5-7 cm
|
Membrane
slip
|
90
|
Abdomen
|
8-10 cm
|
Placentomes
berukuran kecil / fetus (dengan panjang 10-15 cm )
|
120
|
Abdomen
|
12 cm
|
Placentomes
berukuran kecil / fetus (dengan panjang 25-30 cm )
|
150
|
Abdomen
|
18 cm
|
Placentomes
berukuran kecil / fetus (dengan panjang 35-40 cm )
|
Tabel
4. Identifikasi fetus melalui USG pada deteksi awal kebuntingan bovine
berdasarkan Curran et al (1986):
Characteristic
|
Mean
day
|
Range
|
Embryo proper
|
20.3
|
19-24
|
Heartbeat
|
20.9
|
19-24
|
Allantois
|
23.2
|
22-25
|
Spinal cord
|
29.1
|
26-33
|
Forelimb buds
|
29.1
|
28-31
|
Amnion
|
29.5
|
28-33
|
Eye orbit
|
30.2
|
29-33
|
Hindlimb buds
|
31.2
|
30-33
|
Placentomes
|
35.2
|
33-38
|
Split hooves
|
44.6
|
42-49
|
Fetal movement
|
44.8
|
42-50
|
Ribs
|
52.8
|
51-55
|
Tabel
5. Panduan dalam penentuan umur kebuntingan ternak berdasarkan ukuran fetus
(BCF Technology Ltd, 2012):
Diagnose Kebuntingan pada Kambing
melalui USG biasanya menggunakan frekuensi standar 5 MHz probe, dimana
kebuntingan awal dapat ditentukan berdasarkan keberadaan fetus dan detak
jantung fetus yang dapat dideteksi >25 hari post-breeding secara intrarectal
dan > 35 hari post-breeding secara transabdominal, serta berdasarkan
keberadaan placentomes yang dapat dideteksi > 40 hari post-breeding secara
transabdominal (Dawson, 1999).
Gambar
15. Gambaran USG pada diagnose kebuntingan kambing. (A) Kebuntingan tahap awal
yaitu umur 20-26 hari terlihat pada area non-echogenic (NE); (B) Kebuntingan umur
28 hari dimana terlihat fetus, jantung, dinding uterus, cairan amniotic dengan menggunakan
probe transrectal; (C) Kebuntingan umur 33 hari dimana terlihat detak jantung
fetus dan cairan amniotic; (D) Kebuntingan umur 63 hari dimana terlihat jantung
fetus dan spial cord; (E) Kebuntingan umur 72 hari dimana terlihat fetus,
jantung, dan placentome dengan menggunakan probe transrectal; (F) Kebuntingan umur
82 hari dimana terlihat jantung fetus; (G) Kebuntingan tahap akhir pada umur
103 hari dimana terlihat fetus, spial cord, dan organ fetus; (H) Kebuntingan
tahap akhir pada umur 103 hari dimana terlihat jantung fetus, organ fetus serta
spinal cord dengan menggunakan probe transabodominal; (I) Kebuntingan umur 143
hari dimana terlihat placentome dengan menggunakan probe transabdominal (Raja
Ili Airina et al., 2011; Raja-Khalif et al, 2014).
GAMBARAN USG: FOETAL SEXING
Pengamatan
jenis kelamin fetus (foetal sexing) dapat diamati berdasarkan lokasi dari
genital tubercle (prekusor kepada penis dan clitoris). Genital tubercle baik
jantan maupun betina bersifat echogenic sehingga terlihat sebagai struktur
berwarna putih (DesCôteaux et al., 2006a). Pada
fetus betina: genital tubercle terletak diantara ekor dan kaki belakang
(letak lebih berdekatan dengan ekor atau dibawah ekor). Pada fetus jantan: genital tubercle terletak diantara umbilicus dan
kaki belakang (di caudal pada umbilicus dan letak lebih berdekatan dengan
umbilicus) sedangkan scrotum terletak diantara kaki belakang. Pada bovine, penentuan
fetal sex dapat dilakukan secara USG seawal 55-60 hari post-ovulasi (54-100
hari kebuntingan, ideal 60 dan 70 hari kebuntingan) (Blankenvoorde, 2011; BCF
Technology Ltd, 2012). Pada kambing, penentuan fetal sex dapat diamati mulai
sekitar umur kebutingan 40-60 hari (Santos et al., 2006).
Gambar
16. Gambaran USG foetal sexing pada diagnose kebuntingan bovine. (A) Gambaran perkembangan fetal sex
pada umur kebuntingan 40 hari dimana terdapat adanya bentukan kecil sebagai
genital tubercle (GT) pada garis median dari dinding andominal diantara kaki
belakang, dan diantara GT serta umbilicus (OM) terdapat pembengkakan genital
(GS, genital swelling); (B) Gambaran
perkembangan fetus jantan dimana pada sekitar umur kebuntingan 50 hari genital
tubercle (GT) akan bermigrasi ke cranial berdekatan umbilicus (OM) sedangkan
pada sekitar kebunitngan 58 hari pembengkakan genital (GS) akan lebih ke caudal
dan menyatu ke garis median dimana GS akan berkembang menjadi scrotum, serta
terlihat urogenital fold (UF) pada kebuntingan 65-70 hari yang nantinya
berkembang sebagai prepuce (preputium penis); (C) Gambaran perkembangan fetus betina dimana sekitar umur
kebuntingan 50 dan 58 hari genital tubercle (GT) akan bermigrasi diantara kaki
belakang menuju region anal yang lokasinya berdekatan dengan ekor (arah migrasi
berlawanan dengan arah migrasi fetus jantan) dimana GT akan berkembang menjadi
clitoris dan urogenital fold (UF) akan berkembang menjadi vulvar labia; (D) Fetus jantan dimana penis terletak
di caudal umbiliculus dan terdapat scrotum di antara kaki belakang; (E) Gambaran USG fetus jantan pada umur
kebuntingan 70 hari dimana terlihat genital tubercle (MGT, male genital
tubercle) yang terletak berdekatan dengan umbilicus; (F) Gambaran USG fetus jantan pada umur kebuntingan 70 hari dimana
terlihat scrotum yang terletak diantara kaki belakang; (G) Gambaran USG fetus jantan dimana terlihat genital tubercle yang
terletak diantara umbilicus cord dan kaki belakang (letak MGT lebih berdekatan dengan
umbilicus); (H) Gambaran USG fetus
jantan pada umur kebuntingan 65 hari dimana terlihat scrotum dan diperjelas
dengan adanya gambaran pada (I)
yaitu bulatan kuning menunjukkan anggota gerak (limb), bulatan merah yaitu
umbilicus, bulatan hijau yaitu genital tubercle, dan segiempat biru yaitu
scrotum; (J) Fetus betina dimana
terdapat vulva (FGT, female genital tubercle) yang terletak diantara kaki
belakang dan ekor (letak FGT lebih berdekatan dengan ekor); (K) Gambaran USG fetus betina pada umur
kebuntingan 75 hari dimana terlihat genital tubercle yang terletak berdekatan
dengan ekor; (L) Gambaran USG fetus
betina pada umur kebuntingan 80 hari dimana terlihat putting, paha, umbilicus; (M) Gambaran USG fetus betina dimana
terlihat genital tubercle yang terletak berdekatan ekor; (N) Gambaran USG fetus betina pada umur kebuntingan 65 hari dimana
terlihat genital tubercle betina dan diperjelas dengan adanya gambaran pada (O) yaitu bulatan kuning menunjukkan
anggota gerak (limb) dan bulatan hijau yaitu genital tubercle (Fricke dan Lamb,
2002; Stroud, 2005; DesCôteaux et al., 2006a; Lamb dan Fricke, 2008; BCF
Technology Ltd, 2012)
Gambar
17. Gambaran foetal sexing pada saat diagnose kebuntingan kambing. (A) Fetus
jantan, dimana terlihat genital tubercle (gt) yang berlokasi tepat di caudal umbilical
cord (uc); (B) Fetus betina, dimana terlihat genital tubercle (gt) yang
berlokasi berdekatan atau langsung di bawah ekor (t) (Santos et al., 2006).
Daftar Pustaka
Adam, G.P., 2007. Theriogenelogy in
Liamas and Alpacas. Large Animal Veterinary Rounds, 7(10),
http://www.canadianveterinarians.net/larounds
Adam, G.P., dan Singh, J., 2011. Bovine
Bodyworks: Ultrasound Imaging of Reproductive Events in Cows. http://www.wcds.ca/proc/2011/Manuscripts/Adams.pdf
BCF Technology Ltd, 2012. Bovine
Reproduction Clinical Ultrasound Booklet with Easi-Scan. http://www.uk-ireland.bcftechnology.com/resources/~/media/LEARNING%20ZONE/Articles/Bovine%20articles/Files/BCF%20Bovine%20Booklet%20English%20low%20res.pdf
Blankenvoorde, G., 2011. Determination
of Gestational Age in Dairy Cattle Using Transrectal Ultrasound Measurements of
Placentome Size. http://dspace.library.uu.nl/handle/1874/211905
Bowen,
R., 2000. Placentation in Ruminants (Cattle, sheep,..)
http://www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys/reprod/placenta/ruminants.html
Curran, S., Pierson, RA., Ginther, O.J., 1986.
Ultrasonographic Appearance of The Bovine Conceptus from Days 20 through 60.
JAVMA, 189:1295-1302.
DesCôteaux, L., Carrière, P.D., dan
Durocher, J., 2006a. Ultrasonography of The Reproductive System of The Cow:
Basic principles, Practical uses and Economic aspects of This Diagnostic Tool
in Dairy Production.
DesCôteaux, L., Gnemmi, G., Colloton,
J., 2006b. Practical Atlas of Ruminant and Camelid Reproductive
ultrasonography.
Dawson,
L. J. 1999. Pregnancy Diagnosis in Goats. Pages 97-103 in Proc. 14th Ann.
Goat Field Day, Langston
University, Langston, OK.
Frickle, P.M., dan Lamb,
G. C., 2002. Practical Applications of Ultrasound for Reproductive Management of
Beef and Dairy Cattle. Proceedings,The Applied Reproductive Strategies In Beef
Cattle Workshop, pp 228-245, Manhattan, Kansas. http://www.dairyweb.ca/Resources/USWebDocs/ReproUltrasound.pdf
Lamb, G.C., dan Fricke, P.M., 2008.
Utrasound-Early Pregnancy Diagnosis and Fetal sexing,
Lemma,
A., 2014. The Role of Trans-Rectal Ultrasonography in Artificial Insemination
Program. http://dx.doi.org/10.5772/52721
Midla, L/. 2014. Goat Pregnancy
Detection with Easi-Scan: Part 1 of 2
http://www.northamerica.bcftechnology.com/learning/farm-animal/clinical-resources/goat-pregnancy-detection-with-easi-scan-part-1-of-2
Raja Ili Airina, R.K., Mohd Nizam, A.R.,
Abdullah, R.B., dan Wan Khadijah, W.E., 2011. Using Fetal-Heart Size Measured
from Ultrasound Scanner Images to Estimate Age of Gestation in Goat. Journal o
Animal and Veterinary Advances, 10 (19): 2528-2540.
Raja-Khalif, R.I.A., Rahman, M.M.,
Wan-Khadijah, W.E., dan Abdullah, R., 2014. Pregnancy Diagnosis in Goats by
Using Two Different Ultrasound Probes. The Journal of Animal & Plant
Sciences, 24(4):1026-1031
Santos, M.H.B., Moura, R.T.D., Chaves,
R.M., Soares, A.T., Neves, J.P., Reichenbach, H.D., Lima, P.F., dan Oliveira,
M.A.I., 2006. Sexing of Boer Goat Fetuses Using Transrectal Ultrasonography.
Anim. Reprod., 3(3):359-363.
Stroud, 2005. Bovine Fetal sexing Using
Ultrasound. Proccedings, Applied reproductive Strategies in Beef Cattle, Texas
A&M University, College Station.
Terzano, G.M., 2012. Utrasonography and
Reproduction in Buffalo. Journal of buffalo Science, 1:163-173.