EKTOPARASIT PADA KUCING
Ektoparasit yang sering menginfestasi kucing seperti: Tungau (Notoedres cati, Cheyletiella blakei, Otodectes cyanotis), Kutu (Felicola subrostratus), Pinjal (Ctenocephalides felis) dan Larva lalat (Cuterebra spp. larvae)
TUNGAU (MITES)
Notoedres cati (Sarcoptidae)
Ukuran dewasa
|
300-400 μm
|
Siklus hidup
|
17 hari
|
Penularan
|
Kontak dengan
hewan yang sakit
|
Gejala klinis
|
persistent
pruritis, dermatitis, hyperkeratosis dan alopecia pada muka, sekitar telinga
dan leher.
|
Diagnosa
|
Biasanya
tungau menginfestasi pada daerah muka, bagian eksternal telinga (pinnae) dan
ekstremitas distal. Perlu dilakukan pengamatan sampel kerokan kulit yang
cukup dalam dari lesi dibawah mikroskop dan ditemukannya tungau mirip seperti
Sarcoptes, baik pada stadium dewasa, nymph, larva, telur dari jaringan
dermal.
|
Treatment
|
Ivermectin
0.2 mg/kg s.c
Larutan lime
sulfur 1:40 dip
Malathion
0.5% dip
|
Otodectes cyanotis (Psoroptidae)
- Ear mite
Ukuran dewasa
|
500-800 μm
|
Siklus hidup
|
18-21 hari
|
Penularan
|
Kontak dengan
hewan yang sakit
|
Gejala klinis
|
pruritus
intensif pada saluran telinga, otitis media, dapat diikuti infeksi bakteri.
Hewan akan mencoba menggaruk telinga serta menggoyangkan kepala karena rasa
tidak nyaman pada bagian telinga.
|
Diagnosa
|
Biasanya
tungau menginfestasi pada saluran telinga. Perlu dilakukan pengamatan sampel
swab telinga dibawah mikroskop dan ditemukan tungau baik dari stadium dewasa,
nymphs, larva serta telur. Ditemukan eksudat berwarna hitam hingga merah
kehitaman pada saluran telinga.
|
Treatment
|
Lakukan
pembersihan debris pada telinga dengan agen ceruminolytic
Carbaryl,
cythioate, pyrethrins, rotenone: penggunaan 1 tetes per telinga seminggu
sekali selama 4 minggu
Ivermectin
0.2-0.4 mg/kg s.c, p.o ataupun melalui larutan tetes telinga.
Selamectin,
secara topical.
|
Cheyletiella spp.
(Cheyletidae) – walking dandruff
Cheyletiella
blakei – pada kucing
Ukuran dewasa
|
300-500 μm
|
Siklus hidup
|
18-21 hari
|
Penularan
|
Kontak dengan
hewan yang sakit
|
Gejala klinis
|
Terlihat
pengelupasan kulit pada bagian superficial, alopecia ringan dan pruritus,
namun kebanyakan bersifat asymptomatic.
|
Diagnosa
|
Biasanya
tungau menginfestasi pada daerah dorsum. Perlu dilakukan pengamatan sampel
kerokan kulit bagian superficial, rambut serta ketombe dibawah mikroskop dan
ditemukannya tungau.
|
Treatment
|
Ivermectin
0.2 mg/kg s.c, 2x dengan interval 5 minggu.
Larutan lime
sulfur 1:40 dip
Carbaryl,
dichlorvos collars, malathion, pyrethrins, pyrethroids,
Treatment pada
hospes dan lingkungan.
|
KUTU (Lice)
Felicola subrostratus
Ukuran larva
|
Berukuran kecil,
sekitar 2-3 mm
|
Siklus hidup
|
1-2 bulan.
Kutu dewasa
memakan jaringan debris. Kutu betina bertelur dan menempelkannya pada rambut
hospes. Satu hingga dua minggu telur menetas menjadi nymphs yang memakan jaringan
debris. Kemudian akan mengalami penambahan 2 kali tahapan “molting” yang akan
meningkatkan ukuran nymphs, dan kemudian menjadi dewasa.
|
Penularan
|
Kontak dengan
hewan yang sakit
|
Gejala klinis
|
Rambut hewan
menjadi kasar, gatal, iritasi, pruritis, dermatitis serta alopecia.
|
Diagnosa
|
Kutu biasanya
ditemukan pada bagian kepala, leher, serta ekor. Ditemukannya kutu berwarna
kuning, dengan kepala berbentuk segitiga, memiliki antennae.
|
Treatment
|
Pyrethrin-based
powder
Propoxus
collar (Bolfo, Bayer)
Fipronil
spray (Frontline spot-on Cats, Merial)
Imidacloprid,
Selamectin
Shampoo
Obati semua
kucing yang ada dalam satu rumah disebabkan dapat tertular akibat kontak
dengan hewan yang sakit
Dekontaminasi
tempat tidur hewan serta peralatan grooming.
|
PINJAL (Flea)
Ctenocephalides felis
Ukuran dewasa
|
Sekitar 3-4
mm
|
Siklus hidup
|
18-21 hari. Pinjal
betina akan bertelur kemudian telur akan jatuh di lingkungan. Telur salanjutnya
menetas menjadi larva. Larva berkembang pada area yang terlindung dari cahaya
matahari, sejuk seperti dibawah carpet, perabot dan lain-lain. Larva
berkembang menjadi pupae di dalam kepompong. Pinjal dewasa keluar dari
kepompong dan kemudian menginfestasi hospes. Hanya pinjal dewasa yang berada
pada hospes, sedangkan telur, larva, dan pupae berada di lingkungan. Pinjal
menjadi vector yang penting untuk cacing Dipylidium caninum.
|
Penularan
|
Kontak dengan
hewan yang sakit.
|
Gejala klinis
|
Gigitan
pinjal menyebabkan reaksi inflamasi, dermatitis, gatal dan anemia. Garukan
hewan akibat rasa gatal dapat menyebabkan inflamasi serta kerontokan rambut.
|
Diagnosa
|
Ditemukannya pinjal
dewasa pada kulit serta kesan “flea dirt” serta dermatitis.
|
Treatment
|
Pengobatan
harus dilakukan pada hospes serta lingkungan (steam cleaning/vacuuming) atau dengan bahan kimia.
Insecticides
untuk membunuh pinjal dewasa seperti:
Topical
(penggunaan efektif lebih kurang 1 bulan), seperti:
Fironil, Dinotefuran, Etofenprox,
Imidacloprid, Indoxacarb, Pyrethrins, Selamectin, Spinetoram
Oral,
seperti: Nitenpyram (q 24 h, bila diperlukan), Spinosad (sekitar 1 bulan)
Collar
(penggunaan efektif lebih kurang 8 bulan), seperti: Flumethrin, Imidacloprid.
Penghambat dan regulator pertumbuhan dan perkembangan serangga seperti:
Topical
(penggunaan efektif lebih kurang 1 bulan), seperti: Methoprene, Pyriproxyfen
Oral dan
Injeksi seperi: Lufenuron.
Pada
lingkungan tempat tinggal dapat diberi Sodium polyborate (Fleabusters).
|
Ukuran larva
|
Hingga 45 mm,
larva berada di subcutaneous.
|
Siklus hidup
|
Lalat dewasa
akan bertelur didekat lubang masuk habitat dari rodent dan biasanya bagian
kepala hewan peliharaan akan kontak dengan area ini saat mencari makanan.
Telur kemudian menjadi larva dan menginfeksi hospes. Larva biasanya akan
menginfeksi pada rongga alami seperti mulut, hidung, mata, ataupun anus.
Larva dapat bermigrasi ke treakea, rongga thoracic, diafragma, rongga abdominal,
inguinal, dan menuju subcutaneous. Migrasi larva dapat bersifat fatal. Hanya
larva yang menginfestasi mamalia, sedangkan telur, pupae dan lalat dewasa
berada di lingkungan. Larva berada pada hospes selama 1-2 bulan. Setelah melalui
beberapa tahapan, larva tahap ketiga akan keluar dan berada di tanah dan
menjadi pupae yang selanjutnya berkembang menjadi lalat dewasa.
|
Penularan
|
Kontak saat
mencari makanan.
|
|
|
Diagnosa
|
Ditemukan adanya
pembengkakan pada cutaneous seperti sista yang berlubang (lubang tersebut berfungsi
sebagai area kontak larva dengan lingkungan luar seperti udara untuk bernafas).
Pembengkakan cutaneous biasanya terdapat pada area kepala dan leher. Larva
yang ditemukan berukuran besar berwarna terang hingga merah gelap dengan
spines berwarna gelap. Penyakit yang disebabkan larva lalat ini disebut juga
sebagai myiasis.
|
Treatment
|
Berhati-hati
saat mengeluarkan larva, jangan sampai larva tertekan dan pecah karena dapat
menyebabkan reaksi anaphylaxis.
Obati luka
dengan antimicrobial.
Dapat
digunakan betadine ataupun larutan hydrogen peroxide (bersifat iritan) untuk
membersihkan luka.
|
Referensi
Blagburn,
B.L., and Dryden, M.W., 2000. Prizer Atlas of Veterinary Clinical Parasitology.
Pfizer. The Gloyd Group, Inc.
Buote,
M., 2015. Veterinary Parasitology Arthropod Parasites - Review. http://people.upei.ca/sgreenwood/Veterinary_Parasitology_2015_Review.pdf
Foreyt,
W.J., 2001. Veterinary Parasitology, Reference Manual, 5th ed. Iowa
State University Press. Blackwell Publishing.
Hendrix,
C.M., and Robinson, Ed., 1998. Diagnostic Parasitology for Veterinary
Technicians, 3rd ed. Mosby, Elsevier.
Mcintosh,
M.D., Merritt, R.W., and Kimbirauskas, R.K., 2011. Effectiveness of Wound
Cleaning Treatments on Maggot (Diptera, Calliphoridae) Mortality. Forensic. Sci. Int. 15;210(1-3):12-5.
Pollmeier,
M., Pengo, G., and Jeannin, P., 2004. Effective treatment and control of
bitting lice, Felicola subrostratus
(Nitzsch in Burmeister, 1838), on cats using fipronil formulations. Veterinary Parasitology,
121(1-2):157-165.
Urquhart,
G.M., Armour, J., Duncan, J.L., and Jennings, F.W., 1996. Veterinary
Parasitology, 2nd ed. The Faculty of Veterinary Medicine, The
University of Glasgow Scotland, Blackwell Science.
Starkey,
L., and Stewart, J., 2015. Feline Arthropods, Parasite Protocols for Your
Practice, Today Veterinary Practice, tvpjournal.com.
Komentar
Posting Komentar