IMUNOTERAPI MELANOMA MELALUI SEL NATURAL KILLER
Peranan Natural Killer (NK) dalam
mengenali melanoma
Telah diketahui bahwa Natural Killer (NK) dapat mengenali melanoma
melalui protein permukaan NK yaitu NKp30, NKp44, NKp46, NKG2D, dan DNAM-1
(Burke et al., 2010).
Pada penelitian secara in vitro diketahui bahwa jumlah
sel melanoma yang lisis akibat NK berkurang apabila NKp30, NKp44, dan NKp46
diblok dengan antibodi. Selain itu pada
benigna nevi dan melanoma terlihat adanya fusi protein NKp46, namun hal ini
tidak terlihat pada melanosit normal. Selain itu, percobaan dengan mencit
dengan kondisi defisit NKp46 memperlihatkan perkembangan koloni melanoma di
pulmo yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan NCRs tersebut berperan dalam pengenalan
terhadap sel-sel melanoma (Pende et al.,
1999; Pessino et al., 1998; Sivori et al., 1999).
Ligan NKG2D juga ditemukan pada sel line melanoma
namun tergantung pada tahapan dari penyakit. Studi dari potongan segar sel
tumor mengindikasikan pola yang berbeda-beda dari ekpresi NKG2D yang berhubungn
dengan variasi ekpresi ligan. Pada beberapa sampel ditemukan ekspresi ligan
yang banyak namun ditemukan tidak adanya ligan disampel lainnya. Pada mencit
yang defisiensi NKG2D menunjukkan ekpresi ligan yang lebih. Adanya perubahan ekspresi
ligan NKG2D ini terjadi saat tumor menjadi malignant dan diduga sebagai hasil
dari proses imunogical editing yang dimediasi oleh NKG2D-receptor-bearing immune cell. Hal ini menunjukkan aktivitas NKG2D sel
NK bekerja bukan pada tahapan awal dari
perkembangan tumor. Hal ini menunjukkan peranan pentingnya activating receptor serta
pola kerjanya yang bersifat selektif dipengaruhi oleh tahapan perkembangan tumor
untuk menurunkan regulasi ligan (Schiwnn et
al., 2009; Burke et al., 2010).
DNAM-1merupakan reseptor yang penting bagi melanoma.
Namun inhibitory receptor pada sel NK juga dapat mengikat ligan yang sama
seperti DNAM-1 begitu juga pada sel T. Bagaimana ligan DNAM-1 dimodulasi selama
progresi melanoma belum diketahui. Pengenalan sel melanoma oleh DNAM-1 dapat meningkatkan
aktivasi sel NK dan efektif untuk menyebabkan lisis bila dipacu oleh activation
receptors seperti NCRs dan atau NKG2D (Laskshmikanth et al., 2009).
Setiap tahapan progresi tumor, ligan yang diekpresikan
oleh melanoma dapat hilang maupun meningkat. Namun dalam setiap tahapan
tersebut, sel NK sebagian besar dapat mengenali ligan tersebut, hal ini
menunjukkan kesuksesan NK sebagai immunosuveillance (Burke et al., 2010).
Sel tumor memiliki kemampuan untuk menurunkan regulasi
MHC I (HLA-1) sehingga tidak dapat dikenali oleh sel T. Namun tidak
terekpresinya MHC I pada tumor menyebabkan tidak aktifnya inhibitory receptor
pada NK sehingga idealnya NK dapat melisiskan sel tumor. Namun pasien dengan
defesiensi HLA-1 pada sel melanoma juga menunjukkan prognosis yang buruk. Hal
ini menunjukkan sel NK tidak bekerja dengan baik. Diduga tumor melakukan
modulasi pada ligan yang akan berikatan pada activating receptor. Selain itu
ekpresi dari ligan oleh melanoma dipengaruhi oleh tahapan perkembangan dari
tumor itu sendiri (Burke et al.,
2010).
Strategi
agar NK dapat menghadapi melanoma
Kemampuan NK untuk mengenali sel melanoma pada setiap
perkembangan tumor menjadi dasar menjadikan NK sebagai salah satu kandidat yang
diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan terapi melanoma. Untuk itu dilakukan
manipulasi sel NK dengan melanoma sebagai target (Burke et al., 2010).
Secara umum cara
yang dapat digunakan sebagai strategi baru untuk terapi melanoma dengan menggunakan tehnik antigen-spesific immunotherapy adalah
sebagai berikut:
- melakukan terapi vaksinasi atau aktif booster
imunisasi pada pasien
- adoptive cellular therapy (ACT)
Gambar 1. Antigen-spesific immunotherapy. Terdapat 2
metode yaitu vaccine therapy (A, b-d) dan adoptive therapy (A, e-h). (A)Sumber stimulator atau APC dibutuhkan baik
pada vaksinasi maupun adoptive therapy. Pada vaccine therapy, diperlukan (b)
antigen vaksin dapat berupa sel tumor atu peptida atau sel imun (seperti DC
yang mengalami perubahan dengan peptid atau protein, atau ditranfeksi dengan
vektor yang akan mengkode antigen yang diharapkan yang berpotensi meningkatkan
immunogen) atau adjuvant-sitokin sep IL12. (c) rute pemberian dapat secara
intra dermal, intra muscular, intra limfatik. (d) perlu dilakukannya booster
antigen untuk menimbulkan imunitas yang spesifik. Pada adoptive therapy
dilakukan juga diperlukan sumber stimulator seperti antigen tumor yang menjadi
ligan pada reseptor sel NK, kemudian dilakukan (e) leukapheresis untuk
mengkoleksi darah untuk mendapatkan NK yang akan distimuli oleh antigen didalam
kultur sel, kemudian (f) dilakukan isolasi spesifik antigen-sel NK yaitu NK yang telah teraktivasi dengan antigen
tertentu dari tumor (g) diuji cobakan terhadap kultur sel tumor untuk melihat
spesifitas sel NK (h) kemudian diinfusi secara in vivo (Yee, 2006).
Manipulasi
sel NK dalam terapi melanoma
Menurut Burke et
al. (2010) strategi untuk meningkatkan aktifitas NK dalam melawan melanoma
yaitu dengan meningkatkan ektivasi endogenous NK dan dengan adoptive tranfer.
Gambar 2. Manipulasi sel NK dengan target melanoma. (a) redistribusi
sel NK sitotoksin dengan adjuvant ligan
TLR dan obat antiblastik. (b) adoptive transfer dengan target sel
metatstais melanoma melalui peredaran darah
(Burke et al., 2010).
A.
Meningkatkan aktivasi Endogenous NK
1. Pemberian adjuvant berupa ligan TLR
Pemberian adjuvant ligan TLR yang bertujuan untuk
meredistribusi sel endogenous NK sitotoksin CD56dim CD16-
ke nodus limfatikus melaui adjuvant (Burke et
al., 2010). Hal ini dikarenakan populasi NK di nodus limfatikus yaitu CD56bright
CD 16+ bersifat sitotoksin lemah, sedangkan populasi NK didarah yang
didominasi oleh CD56dim CD16- bersifat
sitotoksin kuat. Sel NK sitotoksin CD56dim CD16-
dapat bekerja pada sel melanoma di nodus limfatikus di bawah kulit, pleura, dan
metatastis di hepar (Laskshmikanth et al.,
2009).
2. Pemberian kemoterapi
Aktivitas autologous NK dapat ditingkatkan dengan
pemberian obat antiblastik seperti mephalan, doxorubicin, atau bortezomib, yang
dapat meningkatkan regulasi ligan untuk DNAM-1 dan NKG2D pada tumor (Soriani,
2009).
B. Adoptive transfer.
Pada adoptive therapy difokuskan pada ligan yang akan
berikatan dengan NCRs dan DNAM-1 dimana receptor ini menjadi kandidat pada NK
yang bersifat anti-melanoma sitotoksin. Beberapa tipe NK yang dapat digunakan
untuk dipacu yaitu berasal dari syngeneic mouse NK, autologous
human NK, dan allogeneic NK dari donor yang sehat yang memiliki kapasitas melanoma
sebagai target (Burke et al., 2010).
Menurut Burke et
al. (2010) imunoterapi dengan allogeneic NK atau autologous NK dapat
menghambat metastatis tahap awal dari nodus limfatikus. Diharapkan dengan
bantuan kemoterapi dapat meningkatkan ekpresi ligan disertai tingginya jumlah
sel autologous maupun allogenic NK dari
adoptive transfer dapat melawan melanoma
yng mengalami metastatis melalui pembuluh darah.
Kesimpulan
NK dapat menjadi kandidat untuk strategi baru dalam
terapi melanoma. Imunoterapi melanoma melalui sel natural killer dapat dilakukan dengan manipulasi sel NK baik
dengan pemberian adjuvant dan kemoterapi untuk meningkatkan ekspresi ligan di
sel-sel melanoma serta dengan adoptive transfer. Terapi melanoma dengan sel NK
diharapkan dapat efektif terhadap semua tahapan tumor yang mengalami modulasi
pada antigen tumor.
Daftar pustaka
Burke, S., Lakshmikanth, T, Colucci, F., dan Carbone, E., 2010. New views on natural killer cell-based
Immunotherapy For Melanoma Treatment. Trends
In Immunology, 31(9)339-345.
Lakshmikanth, T. et al. 2009. NCRs And
DNAM-1 Mediate NK Cell Recognition
And Lysis Of Human And Mouse Melanoma Cell Lines In Vitro And In Vivo. J. Clin. Invest. 119, 1251–1263
Pende, D. et al. 1999. Identification
and molecular characterization of NKp30, a novel triggering receptor involved
in natural cytotoxicity mediated by human natural killer cells. J. Exp. Med. 190, 1505– 1516
Pessino, A. et al. 1998. Molecular
cloning of NKp46: a novel member of the immunoglobulin superfamily involved in
triggering of natural cytotoxicity. J.
Exp. Med. 188, 953–960
Schwinn, N. et al. 2009. Interferon-Gamma
Down-Regulates Nkg2d Ligand Expression And Impairs The Nkg2d-Mediated Cytolysis
Of Mhc Class I-Deficient Melanoma By Natural Killer Cells. Int. J. Cancer 124, 1594–1604
Sivori, S. et al. 1999. NKp46 is the
major triggering receptor involved in the natural cytotoxicity of fresh or
cultured human NK cells. Correlation between surface density of NKp46 and
natural cytotoxicity against autologous, allogeneic or xenogeneic target cells.
Eur. J. Immunol. 29, 1656–1666
Soriani, A. et al. 2009. ATM-ATR-dependent
up-regulation of DNAM-1 and NKG2D ligands on multiple myeloma cells by
therapeutic agents results in enhanced NK cell susceptibility and is associated
with a senescent phenotype. Blood 113,
3503–3511
Yee, C.,
2006. Tumor Immunity And Immunotherapy dalam The
Molecular Biology Of Cancer. Editor Stella
Pelengaris And Mike Khan. Blackwell
Publishing.
Komentar
Posting Komentar