ANALISA PERUBAHAN GENETIK (RAS , P53, PTEN, DAN INK4A/ARF) PADA TUMOR OTAK (MALIGNAT GLIOMA) MENCIT B6C3F1 YANG DIPAPARKAN 1,3-BUTADIENE
Pendahuluan
Tumor otak yang terjadi akibat paparan 1,3-butadiene pada
mencit B6C3F1 terjadi pada bagian anterior atau lobus olfaktori berasosiasi
dengan masukya 1,3-butadiene dari pernafasan dari udara dan selanjutnya melalui
aliran darah menembus blood-brain barrier.
Secara analisis statistik serta hasil observasi pada lokasi dan genetik
spesifik tumor otak mencit merupakan
hasil induksi secara kimiawi dengan 1,3-butadiene. Karakteristik morfologi
maglinant glioma ini konsisten dengan yang dilaporkan pada manusia (Kleihues and Cavenee, 2000).
Paparan 1,3-butadiene pada mencit B6C3F1 menyebabkan
terjadinya perubahan genetik. Pada karsinogenik terdapat beberapa tahapan
aktivasi dari famili protooncogene
seperti Ras dan inaktivasi pada tumor
suppresor gene seperti p53 selama perkembangan neoplastik.
Analisa Perubahan Genetik Berdasarkan Hasil
Sequencing
1. Analisa Perubahan Genetik Protooncogen Ras
Berdasarkan
analisis genetik pada malignant glioma mencit B6C3F1 yang diekpos 1,3-butadiene
oleh
Kim et al. (2005) tidak terdapat mutasi pada kodon 61 ras H maupun mutasi pada
ras K.
Tabel 1. Analisa
perubahan genetik pada mencit B6C3F1 yang dipaparkan 1,3 butadiene (Kim et al., 2015). Data menunjukkan tidak
terjadi mutasi pada Ras.
Pada sel normal mamalia,
protooncogene Ras terdiri dari Ras H, K, dan N yang berperan dalam pertumbuhan dan diferensiasi
sel, mengkode suatu protein yang berperan dalam transduksi sinyal yang berperan
dalam mengubah secara reversible nukleotida guanin yang mempengaruhi aktivitas
intrinsik GTPase (Barbaric, 1987; Trahey dan McCormick, 1987; Cales et al., 1988 ; Adari et al., 1988). Protooncogene Ras
memiliki fungsi yang mempengaruhi regulasi pertumbuhan dan diferensiasi
seluler. Namun Mutasi pada kodon 12, 13, 61 mengubah
gen ras menjadi oncogene yang aktif mengalami amplifikasi (Barbaric, 1987).
Over-ekspresi ras berpotensial menyebabkan transformasi yang berperan dalam
perkembangan neoplasia (Spandidos et al.,
1992). Mutasi kodon 61 berperan penting dalam perubahan konformasi protein ras
yang dibutuhkan untuk mengkatalisis GTP hydrolysis (GTPase-inhibiting
mutation). Protein mutan ini dapat mengikat GTPase-activating protein yang
menengahi efek transduksi sinyal protein ras ke sel (Trahey dan McCormick,
1987; McCormick, 1989).
2. Analisa Perubahan Genetik p53
Terhadap protein p53, terjadi mutasi transisi yang dapat
dijumpai sejak 13 minggu paparan pada gene yang mengkode p53 (protein) yaitu
TP53 (Kim et al., 2005). Predominan transisi G
menjadi A pada TP53 di tumor otak pada mencit yang diinduksi dengan
1,3-butadiene menyebabkan kerusakan DNA dan hal ini juga terlihat pada beberapa
tumor berbeda yang mengalami mutasi akibat induksi 1,3-butadiene (Wiseman et al.,
1994; Zhuang et al., 1997; Hong et al., 2000; Sills et al., 2001; Zhuang et al., 2002).
Tabel 2. Analisa
perubahan genetik pada mencit B6C3F1 yang dipaparkan 1,3 butadiene (Kim et al., 2015). Data menunjukkan terjadi
mutasi p53.
Keberadaan transisi GGA→AGA, ATC→TTC,
GTC→ATC diduga hal ini dikarenakan adanya misfolding dari guanine-N-7-adduct atau crosslinking DNA
strand akibat alkylating 1,3-butadiene
yang secara frekuensi menyebabkan mutasi (Trukhanova et al., 1998; Melnick,
2002). Secara alternatif, mutasi transisi dapat terjadi
secara spontan sebagai konsekuensi interaksi dengan karsinogen dilingkungan,
seperti pada kejadian tumor astrocytic pada manusia (Kleihues et al., 1995). Dibeberapa studi,
hampir 67% manusia dengan glioblastoma sekunder memiliki mutasi pada TP53, dan secara mayor mengalami mutasi
transisi G menjadi A (Watanabe et al., 1996; Fulci et al., 2000).
Adanya target guanin dan
adenin ini konsisten dengan terbentuknya adduct N-guanine dan N-adenine akibat
metabolisme 1,3-butadiene oleh sistem monooksigenase sitokrom p-450 (Hong
et al., 2000). 1,3 butadine di metabolisme oleh
monooksigenase sitokrom p450 menjadi epoksid reaktif yaitu 3,4-epoxybutene,
3,4-epoxy-1,2-butanediol, dan 1,2,3,4-diepoxybutane (DEB). Ketiga epoksid ini
dapat mengikat DNA sehingga DEB dapat bersifat carsinogen atau genotoksin yang
berkemampuan membentuk DNA adduct bifungsional dengan DNA-DNA cross-links (Goggin et
al., 2009). DEB merupakan agen alkylating yang bersifat elektofilik dan
berikatan dengan pusat nukleofilik (urutan reaktivitas pusat nukleofilik yaitu
N7-G>> N3-G > N1-A= N3G = 06-G).
Agen alkylating yang bifungsional (terdapat 2 gugus alkil reaktif) dapat
menyebabkan terjadinya ikatan silang antar untai yang berhadapan dalam molekul
DNA. DEB bersifat alkilasi pada posisi N7 dari basa guanine DNA yang dapat
membentuk N7-(2’-hydroxy-3’,4’-epoxybut-1’-yl)-guanine (N7-HEB-dG) adducts. Grup epoksid N7-HEB-dG dapat dihidrolisis
menjadi N7-(2’,3’,4’- trihydroxybut-1’-yl)-guanine (THBG) yang dapat mengikat
DNA lain pada sepeti N7 Guanin atau N1
adenin menjadi bentuk 1,4-bis-(guan-7-yl)-2,3-butanediol (bis-N7G-BD) and
1-(guan-7-yl)-4-(aden-1-yl)-2,3-butanediol (N7G-N1A-BD) cross-links (Goggin et
al., 2009). Alkilasi N7-G basa purin menimbulkan ketidakstabilan
nitrogen kuartener, sehingga basa purin yang terakilasi dapat lepas dari
deoksiribosa meninggalkan tempat yang kosong yang mengganggu proses replikasi
atau menyebabkan masuknya basa yang tidak sesuai (Pranowo, 1991).
Gambar 1. Gambaran epoksid 1,3 butadine dan
pembentukan DNA-DNA adduct (Goggin et al., 2009).
Analisa
IHC terhadap ekspresi p53
Melalui pewarnaan IHC dijumpai adanya akumulasi p53 di
otak tikus yang mengalami tumor otak malignat, seperti yang terlihat pada gambar
2 (Kim et al., 2005). Hal ini
menunjukkan masih adanya aktivitas p53 untuk menghentikan siklus sel di fase G1
dengan menghasilkan p21 dan apotosis dengan menghasilkan bax dan lain-lain agar
tidak memasuki fase S diakibatkan bila ada kerusakan pada DNA di sel yang harus
diperbaiki atau di apoptosis. Hasil IHC ini berasosisasi dengan kejadian mutasi
yang terjadi akibat paparan 1,3 butadiene yang menginduksi malignat glioma di
otak.
Gambar
2. Otak: mencit B6C3F1
jantan dengan 625 ppm 1,3-butadiene sealama 26 minggu dan dibiarkan selama 2 tahun. Malignat glioma: adanya
akumulasi protein p53 (coklat) pada inti dari sel neoplastik. Metode kompleks
Avidin-biotin peroxidase ntuk deteksi protein p53 dengan counterstain
hematoxylin. Bar = 70 μm (Kim et al.,2005)
Gambar 3. Aktivasi p53 terjadi saat ia
berikatan dengan p53RE di DNA dan meregulasi transkripsi gen, menyebabkan
siklus sel tertahan atau apoptosis. MDM2,WIP1 dan cyclin G member feedback
negative pada p53 dan p53 diaktifkan oleh p19 atau p14 arf sebagai feedback
positif (Levine et al., 2005).
Analisis Loss of Heterozygositas (LOH) pada gen p53, pten, dan Ink4a/Arf
Tikus B6C3F1 merupakan
tikus dari persilangan betina dengan allele C57BL/6 dan jantan dengan allele
C3H, sehingga F1 yang dihasilkan memiliki sifat heterozygositas (2 allele yang
berbeda) yaitu C57 dan C3H. Pada gen dari masing-masing allele memiliki daerah
kode yaitu p53, pten dan Ink4a/Arf. Pada tumor malignat glioma dari
mencit B6C3F1 yang diindukasi 1,3-butadiene dilakukan analisis Loss of Heterozygositas (LOH) dimana
analisis ini menunjukkan kehilangan fungsi normal suatu gen (p53, pten, dan Ink4a/Arf) dari
masing-masing allele (C3H dan C57) (Kim et al., 2005).
1. Analisis Loss of Heterozygositas (LOH) pada gen p53
Hasil analisa LOH
memperlihatkan: pada gen p53 dijumpai
hilangnya allele C3H(H) dan kehilangan parsial alel C57(B) (Kim et al., 2005). Hasil ini menunjukkan
terjadi mutasi pada gen p53 yang juga ditemukan pada hasil sequencing.
Gambar 4. Analisis
Loss of Heterozygosity (LOH) terhadap gene p53 pada tumor otak dari mencit
B6C3F1 yang diekspos dengan 1,3-butadiene. Analisis digunakan primer PCR
terhadap mikrosatelit marker D11Mit320 near p53. Sampel 3# (malignant glioma)
menunjukkan hilangnya wild-type allele C3H. Sampel 4# (malignat glioma)
terlihat kehilangan secara parsial wild-type pada allele C57BL/6. (Kim et al.,2005).
Tabel 3. Analisis Loss of Heterozygositas (LOH) pada gen
p53 mencit B6C3F1 yang dipaparkan 1,3 butadiene. Data menunjukkan terjadi
mutasi p53 dimana pada gen p53
dijumpai hilangnya allele C3H(H) dan kehilangan parsial alel C57(B) (Kim et al., 2015).
TP53
secara normal berfungsi menghasilkan protein p53 sebagai inhibitor untuk proses
replikasi seluler ketika DNA mengalami kerusakan serta berperan dalam apoptosis
sebagai faktor transkripsi melalui peranannya dalam siklus sel. Perubahan
struktur pada gen yang bermutasi mempengaruhi kemampuan protein untuk mengikat
DNA dalam proses replikasi sel. Sel yang mengalami kerusakan DNA secara genetik
tidak stabil untuk replikasi (Vogelstein et
al., 1992). Mutasi pada gene TP53 menyebabkan hilangnya kontrol terhadap
pertumbuhan sehingga terjadi proliferasi terhadap neoplastic astrocytes
(Rasheed et al., 1994).
Perubahan
protein p53 menyebabkan deregulasi kontrol siklus sel pada G1 yang
dapat menurunkan proses apoptosis sel tumor sehingga terjadi ketidakseimbangan
aktivitas proliferasi dan penurunan apoptosis sehingga sel tumor menjadi
agresif (Harris, 1996; Trukhanova
et al., 1998).
DNA binding domain (DBD) merupakan bagian penting untuk p53 untuk dapat
berikatan dengan sequence gen. Adanya mutasi menyebabkan terjadinya DBD
residues yang dapat mempengaruhi ikatan langsung dengan DNA. mutasi protein p53
menyebabkan tertekannya kemampuan p53 untuk berikatan dengan sequence DNA
target, DBD-p53 mutan dapat menghambat apoptosis, terjadi resisten apoptosis,
dan mengganggu fungsi p53 dalam mencegah transformasi ras. p53 mutant juga
mengaktifkan proliferating cell nuclear
antigen (PCNA), human epidermal growth factor receptor (EGFR), dll (Sigal dan
Rotter, 2005).
2. Analisis Loss
of Heterozygositas (LOH) pada gen PTEN
Hasil analisa LOH tidak
memperlihatkan terjadinya LOH pada pten
(Kim et al., 2005). Seperti TP53, PTEN/MMAC1 (phosphatase and
tensin homolog/ mutated in multiple advanced cancers 1) merupakan tumor suppressor gene. Inaktivasi pten merupakan tahapan yang penting
dalam progresif glioma dan tahapan lanjut glioblastoma multiforme. PTEN berfungsi menghambat pertumbuhan
sel melalui sinyal transduksi protein
kinase B. Mutasi akan menyebabkan eliminasi aktivitas lipid phosphatase
pten yang
akan mereduksi kemampuannya dalam menekan pertumbuhan sel (Furnari et al., 1998). Namun dalam hal ini PTEN tidak mengalami mutasi (Kim et al., 2005), hal ini menunjukkan pten
tidak atau belum terpengaruh oleh paparan 1,3 butadiene sehingga masih dapat
berfungsi dengan baik sebagai tumor suppressor gene untuk melawan perkembangan tumor otak yang
sedang berlangsung.
Tabel 3. Analisis Loss of Heterozygositas (LOH) pada gen pten mencit B6C3F1 yang dipaparkan 1,3
butadiene. Data tidak memperlihatkan terjadinya LOH pada pten (Kim et al., 2015).
3. Analisis Loss
of Heterozygositas (LOH) pada Ink4a/Arf
Pada Ink4a/Arf
dijumpai hilangnya alel C57(B). Hasil ini menunjukkan hilangnya
heterozigositas pada Ink4a/Arf yang dapat dikarenakan mutasi akibat sifat
genotoksik dari 1,3-butadine (Kim et al., 2015). Ink4a/Arf secra normal
merupakan gen yang mengkode suatu protein yang dapat mempengaruhi aktivitas
protein retinoblastoma (pRb) yang meregulasi keluar dari G1 siklus sel dan
mempengaruhi aktivitas protein p53 dalam proses pertumbuhan atau regulasi sel.
Gen ini mengkode protein p16Ink4a (p16)
yang mempengaruhi jalur pRb dan p14/p19ARF (ARF) yang
mempengaruhi jalur p53 (Levine,
1997).
Tabel 4.
Analisis Loss of Heterozygositas (LOH)
pada gen Ink4a/Arf mencit B6C3F1 yang dipaparkan 1,3 butadiene. Data
memperlihatkan hilangnya heterozigositas pada Ink4a/Arf yang dapat
dikarenakan mutasi akibat sifat genotoksik dari 1,3-butadine (Kim et al., 2015).
P16
merupakan famili protein inhibitor
cyclin-dependent kinase 4 (INK4) yang memiliki kemampuan untuk berikatan
dengan CD4 dan CD6. INK4 menghambat ikatan antara CDK4/6 terhadap ikatan
ATP-binding site (menghambat aktivitas kinase CDK4/6 atau ikatan CDK4-cyclin D) dalam memfosforilasi
pRb yang akan membebaskan ikatan prb-E2F.
E2F merupakan faktor transkripsi yang mengenali spesifik sequence DNA
dimana meregulasi sejumlah gene yang dibutuhkan untuk sintesis substrat
prekusor sintesis dan replikasi DNA. Sehingga dengan adanya p16-CDK4, pRb tidak
terfosforilasi, tetap ada ikatan pRb-E2F, dan E2F tertahan untuk masuk ke fase
S (Russo et al., 1998; Brotherton et al., 1998).
Ekspresi
pRb penting untuk transduksi sinyal p16 untuk pemberhentian sementara siklus
sel. Absen pRB menginduksi p16 untuk tidak terjadinya pemberhentian siklus sel.
Sehingga pada kasus tumor terutama
glioma, terjadi perubahan jalur p16-cyclinD-CDK4-pRb, dimana tidak ada ekpresi
pRb atau terjadi overekspresi CDK4 atau
cyclin D1 (Ueki et al., 1996).
p14/p19ARF memiliki kemampuan dalam menginduksi
pemberhentian siklus sel pada G2/M seperti halnya G1/S. Tertahannya pertumbuhan
diinduksi oleh ARF tergantung pada aktivitas p53. Peningkatan p53 secara
signifikan merespon untuk meningkatkan ekpresi ARF yang mempengaruhi
keseimbangan antara transkripsi p53 dan degradasinya. Tidak seperti p16, ARF
tidak mengikat CDKs. ARF berinteraksi
dengan MDM2. Apabila MDM2 berikatan dengan p53 akan membawa p53 ke proteosome
untuk didegradasi). Adanya ARF yang mengambat MDM2, ekpresi p53 menjadi stabil,
dan fungsi p53 sebagai faktor transkpsi meningkat (Stacey et al., 2001). ARF dapat mengikat MDM2 pada kondisi adanya mutasi
Ras agar p53 dapat bekerja sebagai tumor suppressor namun bila ARF mengalami
mutasi ia tidak dapat berikatan dengan MDM2 sehinffa p53 berikatan dengan MDM2
dan didegradasi.
Gambar
5. Pengaruh protein p16Ink4a
(p16) terhadap jalur pRB dan
p14/p19ARF (ARF) terhadap jalur p53. p16 akan mengikat CDK4 (kompetisi terhadap
ikatan CDK4-cyclin D) agar tidak terjadi fosforilasi pRB sehingga E2F1 tertahan
difase G1 dan tidak masuk ke fase S. Kemudian ARF akan mengikat MDM2 untuk
mencegah degradasi p53 sehingga p53 dapat menjalankan fungsinya sebagai faktor transkripsi dengan menghasilkan bax
untuk apoptosis atau p21 untuk menghambat masuk ke fase S dan tetap di
G1(Stacey et al., 2001).
Gambar 6. Gambaran siklus sel dimana pada fase G1
terjadi sintesis RNAs dan protein untuk persiapan sintesis DNA dan replikasi
kromosom di fase S (sintesis), kemudian masuk ke fase G2 dimana sudah terdapat
sister chromatid, selanjutnya terjadi proses yang kompleks yaitu mitosis yang
disebut fase M (mitotic) yang dibagi menjadi beberapa tahapana yaitu metafase,
anaphase, telofase, cytokinesis yang
membagi menjadi daughter sel. Sel yang tidak mengalami prolliferasi akan
meninggalkan G1 masuk ke G0 (Abrous et al.,
2005).
Gambar
7. Aktivitas oncogen seperti ras akan memicu INK4a/p16 dan ARF. INK4a/p16 akan
menghambat CDK4/D1 sehingga menghambat fosforilasi Rb, dan ARF akan menghambat
MDM2 sehingga menghambat degradasi p53. Akibatnya sel mengalami perhentian
sementara atau dapat juga terjadi apoptosis yang menunjukkan sebagai respon
antiproliferasi. Namun bila ada stimulus oncogen tapi gen p53 dan INK4a/p16
mengalami mutasi, maka tidak terjadi penahanan siklus sel di G1
melainkan masuk ke fase S dan terjadi replikasi DNA dan seterusnya sehingga
terjadi proliferasi sel yang dijumpai pada sel tumor (Stacey et al., 2001).
Adanya perubahan atau mutasi dari Ink4a/Arf
menyebabkan p16 tidak menghambat fosforilasi dari pRb serta ARF tidak
menghambat MDM2 untuk degradasi p53, sehingga absen pRb dan p53, akibatnya
tidak terjadi penahanan siklus sel di G1, dan sel masuk ke fase S dimana terjadi replikasi DNA dan seterusnya sehingga
terjadi proliferasi sel pada sel tumor.
Kesimpulan
Perubahan genetik yang terjadi
seperti mutasi p53, ras H, Ink4a/Arf pada
mencit B6C3F1ayang diinduksi 1,3 butadiene
menunjukkan adanya kemiripan pada tumor yang terjadi pada manusia dan
diduga adanya peran dari ekpos egen penyebab dari lingkungan terhadap
neurokarsinogenesis pada manusia.
Tidak atau belum terjadinya mutasinya
PTEN dan adanya akumulasi p53 sebagai
tumor
suppressor menunjukkan masih adanya respon tubuh terhadap kerusakan
DNA dan tumor yang terjadi.
Daftar Pustaka
Abrous,D.N.,
Muriel Koehl, And Michel Le Moal, 2005. Adult Neurogenesis: From Precursors To
Network And Physiology Physiol Rev 85: 523–569.
Adari H, Lowy DR, Willumsen BM, Der CJ, Mccormick F Guanosine,
1988. Triphosphatase Activating Protein (GAP) Interacts With The P21 Ras
Effector Binding Domain. Science 240518.
Barbacid M: Ras Genes.1987, Ann Rev Biochem 56:779
Brotherton
DH, Dhanara V, Wick S, Brizuela L, Domaille PJ, Volyanik E, Xu X, Parisini E,
Smith BO, Archer SJ, 1998. Crystal Structure Of The Complex Of The Cyclin
D-Dependent Kinase Cdk6 Bound To The Cell-Cycle Inhibitor P19ink4d. Nature 395:
244–50.
Cales C, Hancock JF, Marshall CJ, Hall A, 1988. The
Cytoplasmic Protein GAP Is Implicated As The Target For Regulation By The Ras
Gene Product. Nature 332548.
Furnari, F.B.,
Huang, H.S., And Cavenee, W.K. 1998. The Phosphoinositol Phosphatase Activity
Of PTEN Mediates A Serum-Sensitive G1 Growth Arrest In Glioma Cells. Cancer
Res. 58, 5002–5008.
Furnari, F.B.,
Fenton, T., dan Bachoo, R.M., et al., 2007. Malignant astrocytic glioma:
genetics, biology, and paths to treatment. Genes Dev. 21:2683-710.
Goggin,M., James
A. Swenberg, Vernon E. Walker,and Natalia Tretyakova1. 2009 Molecular Dosimetry
Of 1,2,3,4-Diepoxybutane–Induced DNA-DNA Cross-Links In B6C3F1 Mice And F344
Rats Exposed To 1,3-Butadiene By Inhalation Cancer Res. 69: (6).
Harris CC, 1996.
Structure And Function Of The P53 Tumor
Suppressor Gene: Clues For Rational Cancer Therapeutic Stratagies. J. Natl. Cancer Inst. 88: 1442 1455.
Hong, H. H., Devereux, T. R., Melnick, R. L.,
Moomaw, C. R., Boorman, G. A., and Sills, R. C., 2000. Mutations of ras
protooncogenes and p53 tumor suppressor gene in cardiac hemangiosarcomas from
B6C3F1 mice exposed to 1,3-butadiene for 2 years. Toxicol Pathol 28, 529–34.
Kleihues, P.,
Aguzzi, A., and Ohgaki, H. (1995). Genetic and environmental factors in the
etiology of human brain tumors. Toxicol Lett 82–83, 601–5.
Kim, Y., Hong,
HH., Lachat, Y., Clayton, N.P., Devereux, T.R., Melnick, R.L., Hegi, M.E, dan
Sills, R.C., 2005. Genetic alterations in brain tumors following 1,3-butadiene
exposure in B6C3F1 mice. Toxicol Pathol.,
33(3):307-12.
Levine AJ, 1997.
P53, The Cellular Gatekeeper For Growth And Division. Cell 88: 323–31.
Levine, A.J, Jill Bargonetti,
Gareth L. Bond, Josephine Hoh, Kenan Onel, Michael Overholtzer, Archontoula
Stoffel, Angelica K. Teresky, Christine A. Walsh, dan Shengkan Jin, 2005
Mutantszambetti,
Gerard P. The P53 Tumor
Suppressor Pathway And Cancer/Gerard P. Zambetti. P. Cm. (Protein Reviews). Springer Science Business Media, Inc.:
Singapore
Mccormick. F.
1989. Ras Gtpase Activating Protein: Signal Transmitter And Signal Terminator.
Cell, 56: 5-8.
Melnick, R. L.,
and Huff, J. (1992). 1,3-Butadiene: toxicity and carcinogenicity in laboratory
animals and in humans. Rev Environ Contam Toxicol 124, 111–44.
Rasheed,, B.K, Mclendon, R.E.,
Herndon, J.E., Friedman, H.S., Friedman, A.H., Bigner, D.D, Dan Bigner,
S.H., 1994. Alterations Of The TP53 Gene In Human. Cancer Research 54,
1324-1330
Russo AA, Tong L,
Lee JO, Jeffrey PD, Pavletich NP, 1998. Structural Basis For Inhibition Of The
Cyclin-Dependent Kinase Cdk6 By The Tumour Suppressor P16ink4a. Nature 395:
237–43.
Spandidos, D.A.,
Karaiossifidi, H., Malliri, A., Linardopoulos, S., Vassilaros, S., Tsikkinis,
A., dan Field, J.K., 1992. Expression of ras Rb1 and p53 proteins in human
breast cancer. Anticamcer Re., 12(1):81-89.
Stacey
M. Ivanchuk, Soma Mondal, Peter B. Dirks And James T. Rutka, 2001.The INK4A/ARF Locus: Role In Cell
Cycle Control And Apoptosis And Implications
For Glioma Growth Journal Of Neuro-Oncology 51: 219–229.
Sills, R. C.,
Hong, H. L., Boorman, G. A., Devereux, T. R., and Melnick, R. L. (2001). Point
mutations of K-ras and H-ras genes in forestomach neoplasms from control B6C3F1
mice and following exposure to 1,3- butadiene, isoprene or chloroprene for up
to 2-years. Chem Biol Interact 135–136,
373–86.
Sigal, A and V. Rotter, 2005. The Oncogenic Activity Of P53
Mutantszambetti,
Gerard P. The P53 Tumor Suppressor
Pathway And Cancer/Gerard P. Zambetti. P.
Cm. (Protein Reviews). Springer Science Business Media, Inc.: Singapore
Trahey M, Mccormick F A, 1987. Cytoplasmic Protein Stimulates
Normal N-Ras P21 Gtpase, But Does Not Affect Oncogenic Mutants. Science 238542.
Ueki K, Ono Y,
Henson JW, Efird JT, Von Deimling A, Louis DN, 1996. CDKN2/P16 Or RB
Alterations Occur In The Ma Ority Of Glioblastomas And Are Inversely
Correlated. Cancer Res 56: 150–3.
Vogclstein. B.,
Dan Kinzler, K. W., 1992. P53 Function
And Dysfunction. Cell, 70: 523-526.
Watanabe K,
Tachibana O, Sata K, Yonekawa Y, Kleihues P, dan Ohgaki H., 1996.
Overexpression of the EGF receptor and p53 mutations are mutually exclusive in
the evolution of primary and secondary glioblastomas. Brain Pathol. 6:217- 23.
Zhuang, S. M.,
Wiseman, R. W., and Soderkvist, P. (2000). Mutation analysis of the pRb pathway
in 2_,3_-dideoxycytidine-
and 1,3-butadiene-induced mouse lymphomas. Cancer Lett 152, 129–34.
Zhuang, S.
M.,Wiseman, R.W., and Soderkvist, P. (2002). Frequent mutations of the Trp53,
Hras1 and beta-catenin (Catnb) genes in 1,3-butadiene-induced mammary
adenocarcinomas in B6C3F1 mice. Oncogene 21, 5643– 8.
Komentar
Posting Komentar