IHC PART 3: NORMAL SERUM DAN IMMUNOFLUORESCENE
NORMAL SERUM
Normal
serum merupakan blocking reagent yang umum digunakan pada teknik IHC. Tujuan
aplikasi normal serum pada prosedur IHC adalah untuk mengikat ikatan non
spesifik. Sebelum kita menggunakan antibody untuk mendeteksi antigen pada
jaringan, ikatan non spesifik pada jaringan harus kita blok untuk mencegah
antibody berikatan dengan epitope yang non spesifik. Aplikasi antibody primer
bersifat spesifik sehingga antibody primer akan berikatan dengan epitope yang
ditargetkan, tetapi antibody sekunder bersifat non spesifik sehingga dapat
berikatan dengan ikatan non spesifik yang ada di jaringan selain berikatan
dengan antibody primer. Normal serum diaplikasikan sebelum penggunaan antibody
primer. Setelah jaringan diaplikasikan dengan normal serum, jaringan ditetesi
dengan antibody primer tanpa proses pencucian sebelumnya. Spesies normal serum
yang digunakan adalah sama dengan antibody sekunder. Bila normal serum yang
digunakan adalah goat normal serum maka antibody sekunder yang digunakan adalah
biotinylated goat secondary antibody.
Gambar
1. Blocking background dengan normal serum (nonimmune serum). Aplikasi normal
serum dapat mencegah antibody untuk berikatan dengan epitope yang tidak kita
inginkan (non specific epitope).
IMMUNOFLUORESCENCE
Teknik pewarnaan secara immunofluorescence
berprinsipkan atas ikatan antigen antibody yang dilabel dengan fluorochrome
(pewarna fluorescence). Protokol immunofluorescence sama dengan protocol IHC
hanya saya pelabelnya yang berbeda. Teknik immunofluorescence juga dapat
dibedakan menjadi direct immunofluorescence dan indirect immunofluorescence.
Direct immunofluorescence menggunakan antibody yang terkonjugasi dengan
fluorochrome (fluorochrome-conjugated antibody) sedangkan indirect
immunofluorescence menggunakan antibody sekunder (antibody yang bersifat anti
dari antibody primer). Antibody sekunder yang digunakan adalah antibody yang
terkonjugasi dengan fluorochrome (fluorochrome-conjugated
secondary antibody) ataupun
antibody yang terbiotinilasi (biotin-conjugated secondary antibody). Pada penggunaan biotin-conjugated secondary antibody, fluorochrome akan
berikatan avidin maupun streptavidin dimana avidin atau streptavidin ini akan
berikatan dengan biotin pada antibody sekunder. Keuntungan teknik indirect
immunofluorescence adalah kita dapat meningkatkan jumlah fluorophore (Zola,
1998).
Gambar 2. Teknik immunofluorescence. A: direct
immunofluorescence, B: indirect immunofluorescence (fluorochrome-conjugated secondary antibody), C: indirect immunofluorescence (biotin-conjugated secondary
antibody + avidin / streptavidin-flourescein) (Zola, 1998).
Berikut adalah fluorophore beserta data absorpsi dan
emisi pada fluorescence.
Tabel 1. Fluorophore beserta data absorpsi dan emisi
pada fluorescence
Prosedur immunofluorescence memiliki kelebihan pada
prosedur multi-labelling. Dalam satu jaringan dengan satu prosedur pewarnaan
kita dapat melabel 2 atau lebih antigen. Double labelling dapat dilakukan
dengan syarat spesies antibody primer yang digunakan adalah berbeda, misalnya
antibody A dalam mouse dan antibody B dalam rabbit.
Gambar 3. Doubel immunofluorescence (Vector
Laboratories, Inc. 2005)
Gambar 4. Prosedur double immunofluorescence. Pada
teknik double labelling di atas menggunakan dua avidin conjugate yaitu: fluorescein
avidin DC (hijau) dan texas red avidin DCS (merah) (Vector Laboratories,
Inc. 2005)
Gambar 5. Pewarnaan double immunofluorescence. Pada
teknik double labelling di atas menggunakan rabbit polyclonal anti-P antibody
virus rabies (P), Mab 62B5 anti-N antibody virus rabies (N) dan polyclonal
anti-M antibody virus rabies (M). DAPI (biru) digunakan untuk mewarnai nuclei
(merge). Colocalization bewarna kuning (merge). Pengamatan menggunakan confocal laser microscopy (Lahaye et al., 2009).
Daftar
Pustaka
Lahaye. X., 2009. Aurore Vidy,
Carole Pomier, Linda Obiang, Francis Harper, Yves Gaudin, and Danielle
Blondel Functional Characterization of Negri Bodies (NBs) in
Rabies Virus-Infected Cells: Evidence that NBs Are Sites of Viral Transcription and Replication, Journal of virology, p. 7948–7958
Zola. H., 1998. Detection of Cytokine Receptors by
Flow Cytometry. Current Protocols in Immunology . http://www.currentprotocols.com/protocol/im0621
Vector Laboratories, Inc. 2005. DISCOVERY through color A Guide to Multiple Antigen Labeling http://www.vectorlabs.com