HISTOLOGI NEOKORTEKS MELALUI PEWARNAAN CRESYL ECHT VIOLET

Pendahuluan

Prosedur histologi melaui pewarnaan jaringan menggunakan cresyl echt violet umum dilakukan untuk mempelajari lapisan dan struktur neuron. Hal ini dikarenakan cresyl echt violet akan mewarnai benda Nissl yang terdapat pada neuron yaitu pada nucleus atau badan sel dan dendrit (tidak pada akson) 

Gambar 1.  Gambaran neuron yang terdiri dari nukleus atau badan sel, dendrit dan akson (Boeree, 2009).

Metode Pewarnaan Cresyl Echt Violet (Irawan, 2008).
  1. Slide jaringan dalam parafin yang akan diwarnai dengan cresyl echt violet diatur dalam rak pewarnaan, kemudian diinkubasi pada suhu 60 C selama 2 jam. Tujuan inkubasi ini adalah menguatkan lagi perlekatan atau adhesi jaringan dengan slide
  2. Slide dikeluarkan dari inkubator dan disimpan pada suhu ruang untuk diwarnai pada hari berikutnya atau minimal 90 menit pada suhu ruang. Tujuannya agar suhu slde jaringan kembali pada suhu ruang sebelum dilakukan proses selanjutnya.
  3. Selanjutnya dilakukan deparafinisasi dengan xilol sebanyak tiga kali masing-masing selama lima menit
  4. Kemudian slide rehidrasi dengan memasukkan slide jaringan ke dalam alkohol bertingkat dari alkohol absolut dua kali, alkohol 95% dua kali, alkohol 80 %, alkohol 70% masing-masing lima menit, dan dicelup dalam aquades hingga alkohol hilang.
  5. Setelah proses rehidrasi, slide jaringan dimasukkan dalam cresyl echt violet (Chroma, 1A 396) selama 30 menit pada suhu 37 C,
  6. Kemudian  didehidrasi dengan alkohol 70% sampai dengan alkohol absolut masing-masing lima celup,
  7. Selanjutnya dilakukan clearing dalam  xilol sebanyak tiga kali masing-masing dua menit. Slide yang telah diwarnai ditutup dengan kaca penutup (mounting) yang sebelumnya telah ditetesi dengan xilol dan mounting medium Canada balsam (Wako Pure Chemical Industries, Ltd.) (metode dimodifikasi dari Luna, 1968).

Hasil Pewarnaan
Gambar 2. Gambar korteks serebrum otak fetus monyet ekor panjang dari pewarnaan cresyl dengan pembesaran lemah (Irawan, 2008).



Gambar 3. Gambar histologi neokorteks fetus monyet ekor panjang dengan pewarnaan cresyl echt violet. Terlihat dengan jelas bagian korteks (A) dan medula (B). Bagian neokorteks dibagi menjadi enam lapisan yaitu lapisan pleksiformis atau molekuler (a), lapisan granularis eksterna (b), lapisan piramidal eksterna (c), lapisan granularis interna (d), lapisan ganglioner atau piramidal interna (e), dan lapisan multiformis (f) (Irawan, 2008).


Diskusi

  1. Lamina I atau lapisan pleksiformis. Lapisan permukaan ini dikenal juga sebagai lapisan molekuler atau lapisan zonal yang di dalamnya tersebar beberapa sel horizontal Cajal dan dipadati oleh serabut-serabut berorientasi tangensial dari sebagian dendrit sel piramidal dan sebagian akson sel Martinotti dan neuron-neuron hemisferium sisi kontralateral (Sidharta dan Dewanto, 1986; Samuelson, 2007)
  2.  Lamina II atau lapisan granularis eksterna. Lapisan ini mengandung banyak sel kecil, baik sel piramidal kecil maupun sel saraf stelatum. Serabut-serabut intrinsik lamina II berorientasi horizontal atau tangensial dan dendritnya ada yang menuju ke permukaan untuk mengadakan hubungan dengan dendrit apikal sel piramidal besar di lamina V, sedangkan serabut-serabut yang berorientasi vertikal berasal dari dendrit dan akson neuron-neuron di lapisan bawah (Sidharta dan Dewanto, 1986; Samuelson, 2007).
  3.  Lamina III atau lapisan piramidal. Lapisan ini dihuni oleh sel piramidal yang berukuran sedang, beberapa sel saraf stelatum, sel keranjang dan sel fusiform. Sel piramidal menjulurkan dendrit apikal yang berakhir di lamina I dan aksonnya berproyeksi pada inti-inti subkortikal atau kortikal hemisferium sisi lain (serabut komisural) atau hemisferium sisi yang sama (serabut asosiasi) (Sidharta dan Dewanto, 1986; Samuelson, 2007).
  4.  Lamina IV atau lapisan granularis interna. Lapisan ini dihuni oleh sel saraf stelatum dan dipadati oleh serabut-serabutnya yang berorientasi horizontal dan dikenal sebagai stria Baillargeri eksterna. Lapisan ini juga dihuni oleh beberapa sel piramidal dan dilintasi oleh serabut-serabut berorientasi vertikal yang berasal dari neuron-neuron di lapisan bawah atau neuron-neuron kortikal hemisferium ipsilateral atau kontralateral (Sidharta dan Dewanto, 1986; Samuelson, 2007).
  5. Lamina V atau  lapisan ganglionaris. Lapisan ini mengandung sel-sel piramidal besar yang dikenal sebagai sel Betz, beberapa sel piramidal sedang, dan sel saraf stelatum. Setiap regio isokorteks memperlihatkan sel Betz hanya pada lamina V dengan jumlah sel yang bervariasi pada setiap regio. Serabut-serabut di lapisan ini berasal dari neurophil sel Betz dan serabut lapisan lain, yaitu serabut asosiasi dan serabut proyeksi yang berorientasi vertikal serta serabut horizontal yang melengkapi fibroarsitektonik lapisan ini dan dikenal sebagai stria Baillargeri interna (Sidharta dan Dewanto, 1986; Samuelson, 2007).
  6. Lamina VI atau lapisan multiformis. Lapisan ini mengandung sel-sel berbagai ukuran dan bentuk serta didominasi oleh sel berukuran kecil yang dianggap sebagai variasi sel piramidal dan digolongkan dalam kelompok sel Martinotti. Batas bawah lapisan multiformis ini kurang jelas dikarenakan banyaknya serabut yang keluar dan masuk lapisan ini (Sidharta dan Dewanto, 1986; Samuelson, 2007).


Daftar Pustaka

Boeree, C. G., 2009. General Physchology: The Neuron. http://webspace.ship.edu/cgboer/theneuron.html

Irawan, V., 2008. Skripsi: Keberadaan dan distribusi map-2 terfosforilasi di korteks serebrum fetus monyet ekor panjang (macaca fascicularis) pada trisemester akhir kebuntingan. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

Luna, L.G., 1968. Manual of histologic staining methods of the Armed Forces Institute of Pathology. In L.G. Luna (Ed.), New York: McGraw-Hill, hlm. 212-213.

Sidharta, P., dan Dewanto, G., 1986. Anatomi Susunan Saraf Pusat Manusia,    PT. Dian Rakyat, Jakarta.

Samuelson, D.A., 2007. Textbook of Veterinary Histology, Saunders, Elsivier, St.Louis, Missouri.



Postingan populer dari blog ini

Metabolisme Zinc Pada Manusia Dan Hewan (Anjing & Kucing)

Ultrasonography (Usg) dan Aplikasinya Pada Pemeriksaan Organ Reproduksi Serta Diagnosa Kebuntingan & Foetal Sexing Pada Ternak

PROSEDUR HISTOLOGI: PEMBUATAN BLOK PARAFFIN DAN PEMOTONGAN