Mekanisme Kerja Obat Cacing: Sulfonamide
Mekanisme Kerja Obat Cacing: Sulfonamide
Sulfonamide (clorsulon)
Sulfonamide yang digunakan sebagai obat cacing adalah clorsulon. Clorsulon sering digunakan untuk mengontrol infestasi cacing liver flukes dewasa (Faschiola hepatica dan Fasciola gigantica) pada sapi (EMEA, 1999). Clorsulon ampuh untuk melawan Fasciola hepatica baik yang mature maupun immature. Namun aktivitasnya terhadap F. magna sangat kurang dan tidak efektif terhadap cacing flukes rumen dan pulmo (trematoda) (Elsheikha et al., 2011).
Mekanisme kerja clorsulon sebagai obat cacing yaitu dengan menghambat enzim yang berpengaruh dalam jalur glycolytic sebagai sumber energi cacing (EMEA, 1999). Clorsulon mengikat protein dan bila teringesti oleh cacing (liver flukes), clorsulon akan menghambat enzim pada jalur glycolytic cacing (Vercruysse dan Claerebout, 2014). Clorsulon menghambat 3-phosphoglycerate kinase dan phosphoglyceromutase pada jalur glycolytic, menekan metabolime energi cacing (Elsheikha et al., 2011). Clorsulon bekerja sebagai kompetitor yang menghambat enzim 8-phosphoglycerase dan phosphos-glyceromutase serta memblok oksidasi glukosa menjadi acetate dan propionate, dan menekan level ATP pada cacing sapi (EMEA, 1999). Adanya penghambatan proses glycolysis dan gangguan produksi energi seluler menyebabkan cacing mati (Vercruysse dan Claerebout, 2014).
Clorsulon memiliki safety margin yang luas dan dapat digunakan pada hewan laktasi dengan susu untuk konsumsi manusia (Vercruysse dan Claerebout, 2014). Clorsulon aman bagi hewan bunting dan breeding (Elsheikha et al., 2011). Penggunaan clorsulon sering dikombinasikan dengan ivermectin (EMEA, 1999) sehingga perlu dicek kembali keamanan penggunaan clorsulon yang dikombinasikan dengan obat lain terhadap hewan bunting, breeding, laktasi berdasarkan keterangan label produk yang akan digunakan, karena masih ada pengaruh dari efek obat lain yang harus diperhatikan. Dosis penggunaan clorsulon pada sapi yaitu 7 mg/kg secara per oral dan 2 mg/kg secara injeksi subcutaneous (EMEA, 1999).
BACK TO: