Mekanisme Kerja Obat Cacing: Benzimidazole


Mekanisme Kerja Obat Cacing: Benzimidazole

Benzimidazole (albendazole, fenbedazole, triclabendazole, oxfendazole, mebendazole, sedangkan febantel dan netobimin merupakan pro-benzimidazoles)

Benzimidazole banyak digunakan untuk mengobati infestasi nematode dan trematode (Vercruysse dan Claerebout, 2014).  Obat cacing yang tergolong dalam kategori benzimidazole seperti albendazole, fenbedazole, triclabendazole, oxfendazole, mebendazole, sedangkan febantel dan netobimin termasuk pro-benzimidazole (Jacobs dan Taylor, 2005). Pemberian benzimidazole secara per oral dapat mengeluarkan parasit gastrointestinal dewasa maupun pada tahap larva (Vercruysse dan Claerebout, 2014).

Mekanisme benzimidazol sebagai obat cacing yaitu dengan cara mengikat tubulin pada sel intestinal cacing (EMEA, 2004) sehingga menghambat proses polimerasi, transport seluler, dan metabolism energi (Vercruysse dan Claerebout, 2014) dan menurunkan fungsi absorpsi yang menyebabkan cacing kelaparan dan mati (EMEA, 2004).

Benzimidazole yang berikatan dengan subunit ẞ-tubulin nematode akan mencegah dimerisasi dan polimerasi ikatan microtubus. Microtubulus berperan penting dalam transport nutrisi, struktur sel maupun dalam proses pembelahan sel. Penurunan fungsi microtubus yang terjadi secara progresif akibat aktivitas benzimidazole akan mengganggu pembelahan sel serta penyimpanan energi sehingga cacing menjadi kekurangan nutrisi atau kelaparan, paralisis, dan mati. Cacing yang mati akan keluar dari tubuh hospes (ternak) setelah 3 hari post-treatment (Elsheikha et al., 2011).

Albendazole
Albendazole digunakan untuk mengobati ternak dari infestasi cacing lungworm (nematode), gastro-intestinal roundworm (nematode), tapeworm (cestoda), dan liver flukes (trematoda) - Fasciola hepatica dewasa (EMEA, 2004; Jacobs dan Taylor, 2005; PBS animal health 2016). Penggunaan albendazole pada sapi bunting dengan dosis tinggi (10 mg/kg) dapat menyebabkan terjadinya embryotoxic dan teratogenic (Rossoff, 1994; Jacobs dan Taylor, 2005) sehingga albendazole tidak diaplikasikan pada sapi betina bunting dibawah 45 hari kebuntingan (PBS animal health 2016). Penggunaan albendazole juga tidak disarankan pada domba selama periode kawin (mating) dan setelah 1 bulan setelah domba jantan dipisah-kandang dari tempat betina.  Dosis penggunaan albendazole pada sapi 7.5-10 mg/kg, pada domba 5-7.5 mg/kg, dan pada kambing 7.5-10 mg/kg (Rossoff, 1994; Jacobs dan Taylor, 2005).

Fenbedazole
Fenbendazole banyak digunakan untuk mengobati ternak dari infestasi cacing seperti lungworm (nematode), gastro-intestinal roundworm (nematode), bankrupt worms (nematode), nodular worms (nematode) dan tapeworms (cestoda) (EMEA, 2004; Jacobs dan Taylor, 2005; PBS animal health 2016). Terdapat beberapa produk obat cacing yang menyatakan penggunaan fenbendazole aman untuk sapi bunting dan laktasi namun perlu dicek kembali keamanannya berdasarkan keterangan label produk yang akan digunakan. Dosis penggunaan fenbedazole pada sapi 7.5-10 mg/kg, pada kambing 5 mg/kg dan domba 5-20 mg/kg (Jacobs dan Taylor, 2005; Rossoff, 1994). 

Triclabendazole
Triclabendazole merupakan anthelmintic yang digunakan untuk mengkontrol infestasi liver flukes (trematoda) seperti Fasciola hepatica pada domba dan sapi (EMEA, 2006). Triclabendazole efektif dalam menghadapi cacing liver flukes tahapan immature awal, immature dan mature. Triclabendazole dapat digunakan pada strategi untuk mengkontrol atau menghadapi kasus  akut, kronis atau outbreak fasciola, (berdasarkan label produk fasinex, Novartis Animal Health Australia, 2016). Triclabendazole dapat diberikan pada ternak bunting dan laktasi (berdasarkan label produk fasinex, Novartis Animal Health Australia, 2016) namun triclabendazole tidak boleh digunakan untuk hewan yang susunya dikonsumsi oleh manusia (EMEA, 2006). Hal ini dikarenakan penurunan residu flukicide sangat lambat selama laktasi dan terdapat residu yang persisten pada susu sehingga konsentrasi residu flukicide juga dapat ditemukan pada produk olahan susu seperti keju, margarin dan bubuk skim milk (Power et al., 2013). Hal ini yang meyebabkan susu hewan laktasi yang diobati dengan triclobendazole tidak boleh untuk konsumsi manusia. Dosis penggunaan triclobendazole pada ternak rata-rata 10-12 mg/kg (EMEA, 2006) atau berkisar 2-20 mg/kg pada sapi, kambing, domba (Rossoff, 1994). 

Oxfendazole
Oxfendazole digunakan untuk mengobati ternak dari infestasi cacing seperti lungworm (nematode), gastro-intestinal roundworm (nematode), tapeworm (cestode) dan tipe II ostertagiosis (nematode) (EMEA, 2004; Jacobs dan Taylor, 2005). Penggunaan oxfendazole pada sapi bunting dengan dosis tinggi menyebabkan embryotoxic dan teratogenic (Jacobs dan Taylor, 2005). Obat ini tidak disarankan untuk diberikan pada hewan dalam kondisi sakit atau lemah (Rossoff, 1994).  Dosis penggunaan pada sapi 4.5 mg/kg, pada kambing dan domba 5 mg/kg (Rossoff, 1994; Jacobs dan Taylor, 2005).

Mebendazole
Mebendazole digunakan untuk mengobati domba dari infestasi cacing seperti lungworm (nematode) dan tapeworm (cestode) (Jacobs dan Taylor, 2005). Penggunaan mebendazole tidak aman pada keledai pada 4 bulan awal kebuntingan (Jacobs dan Taylor, 2005) dan penelitian menunjukkan terjadi teratogenik pada tikus dan mencit (Rossoff, 1994) namun efeknya pada domba yang bunting dan laktasi belum jelas sehingga penggunaan mebendazole untuk ternak bunting dan laktasi harus dicek kembali sesuai label produk yang akan digunakan.  Dosis penggunaan mebendazole pada domba dan kambing 15 mg/kg (EMEA, 2001; Jacobs dan Taylor, 2005) atau sekitar 10-25 mg/kg (Rossoff, 1994).

Febantel
Febantel digunakan untuk menggobati ternak dari infestasi cacing seperti gastro-intestinal roundworm (nematode), lungworm (nematode) dan tapeworm (cestode) (EMEA, 2004). Terhadap roundworm, febantel efektif melawan cacing dalam tahapan larva, dewasa serta bersifat ovicidal seperti halnya albendazole dan fenbedazole (Jacobs dan Taylor, 2005). Dosis penggunaan febantel pada sapi 10 mg/kg dan domba 6 mg/kg (Rossoff, 1994).

Netobimin
Netobimin digunakan untuk mengobati ternak dari infestasi cacing seperti gastro-intestinal roundworm (nematode), lungworm (nematode), tapeworm (cestode), tipe II ostertagiasis (nematode) dan juga flukes dewasa (trematode) (EMEA, 1999; Jacobs dan Taylor, 2005). Dosis penggunaan pada sapi untuk mengobati infestasi roundworm dan tapeworm 7.5 mg/kg (EMEA, 1999; Rossoff, 1994; Jacobs dan Taylor, 2005) sedangkan tipe II ostertagia dan flukes dewasa 20 mg/kg. Dosis pada domba untuk mengobati infestasi roundwormtapeworm dan tipe II ostertagia 7.5 mg/kg sedangkan pada flukes dewasa 20 mg/kg (Rossoff, 1994; Jacobs dan Taylor, 2005).


BACK TO:

MEKANISME KERJA OBAT CACING SERTA PERBANDINGAN APLIKASINYA PADA TERNAK (SAPI, KAMBING DAN DOMBA)

Postingan populer dari blog ini

Metabolisme Zinc Pada Manusia Dan Hewan (Anjing & Kucing)

Ultrasonography (Usg) dan Aplikasinya Pada Pemeriksaan Organ Reproduksi Serta Diagnosa Kebuntingan & Foetal Sexing Pada Ternak

PROSEDUR HISTOLOGI: PEMBUATAN BLOK PARAFFIN DAN PEMOTONGAN