Perubahan Patologi: Infeksi Theiler’s Murine Encephalomyelitis Virus
Perubahan Patologi
Perubahan patologi secara makroskopis akibat infeksi TMEV tidak begitu tampak, namun perubahan utama dapat dilihat secara mikroskopis yaitu pada medulla spinalis dan otak yang mengalami demyeliminasi maupun degenerasi (Rozengurt dan Sanchez, 1993).
Gambar 6. Gambaran medulla spinalis yang mengalami gambaran spongioform degenerasi neuron (bentukan vakuola) pada cornu ventral akibat Theiler’s murine encephalomyelitis virus (TMEV) dengan pewarnaan HE yaitu (A) pada mencit SJL/J setelah 6 minggu post infeksi (Gomes et al., 1996) dan (B) pada mencit SCID yang mengalami paralisis (Rozengurt dan Sanchez, 1993).
Gambar 7. Gambaran demyelinasi pada medula spinalis melalui pewarnaa Toluidine blue. terlihat myelin yang mulia menghilang (A) dan dengan pembesaran yang lebih tampak per satuan akson yang mengalami kehilangan myelin (tanda panah) (B) dibandingkan dengan serabut syaraf normal (C) (Yamada et al., 1990).
Gambar 8. Gambaran inflitrasi mononuklear yang menyebabkan terjadinya inflamasi pada bagian perifer serta substansia alba dari ventral cornu medula spinalis yang terinfeksi Theiler’s murine encephalomyelitis virus (TMEV), HE (Lipton, 1975).
Gambar 9. Gambaran pada medula spinalis yang terinfeksi Theiler’s murine encephalomyelitis virus (TMEV). Pewarnaan terhadap protein VP1 DA strain yang terlihat pada lokasi lateral (a,b). Double staining virus (coklat) dengan protein migrolia/magrofag (merah). Terlihat keberadaan virus pada sel mikroglia,(c).dan virus diluar macrofag (d) (Asakura et al., 2007).
Gambar 10.Gambaran tahapan perkembangan sel yang terinfeksi Theiler’s murine encephalomyelitis virus (TMEV). menggunakan polyclonal TMEV DA. (A) badan sel syaraf yang positif terhadap polyclonal TMEV DA dnegan bentuk sel yang masih baik, (B) dan (C) terlihat keberadaan virus di dendritik dengan kondii dendrite yang masih baik, (D) infeksi yang lebih lama yaitu 8 hari p.i dimana sel yang terinfeksi virus mulai terfragmentasi, (E) sel neuron yang terinfeksi virus kehilangan prosesusnya , serta (F) sel yang terinfeksi virus menjadi lisis (Ha-Lee et al., 1995).
Gambar 11. Demyelinasi dan kerusakan akson akibat infeksi Theiler’s murine encephalomyelitis virus (TMEV) strain DA (A) dan GDVII (B). Skibat infeksi TMEV strain DA menyebabkan terjadinya inflamasi (panah transparan), demyelinasi (kepala panah), perivascular cuff (panah) pada fase kronis, pewarnaan luxol fast blue. Sedangkan infeksi TMEV strain GDVII menunjukkan terjadinya degenerasi akson yang positif terhadap pewarnaan nonphosphorylated neurofilament (Tsunoda dan Fujinami 2010)
Gambar 13.Gambaran neuropatologi pada area CA1 hipokampus yang terinfeksi Theiler’s murine encephalomyelitis virus (TMEV) yaitu pada (A) terjadinya degenerasi dendrite pad area CA1 hipokampus melalui pewarnaan terhadap MAP-2 dan (B) apoptosis yaitu dengan gambaran positif TUNEL (Tsunoda dan Fujinami 2010).
Gambar 14. Gambaran otak pada lobus frontalis yang terinfeksi Theiler’s murine encephalomyelitis virus (TMEV). Tedapat gambaran nekrosis, perivascular cuff di cortex, pembuluh darah meningeal (open arrow), serta di substansi alba , HE, (Ha-Lee et al., 1995).
Gambar 15. Gambaran pada jantung mencit SCID 3 minggu post infeksi Theiler’s murine encephalomyelitis virus (TMEV) strain DA melalui injeksi virus secara IM, dengan pewarnaan hematoxylin-eosin (Go´mez et al., 1996)
Gambar 17. Gambaran IHC pada skeletal pada mencit diinfeksi Theiler’s murine encephalomyelitis virus strain DA melalui injeksi virus secara IM. Pada mencit ABY/SnJ 1 minggu p.i terhadap DA strain (A). Pada mencit C57BL/6J 3 minggu p.i terhadap CD4 pada limfosit T helper (B), CD8 pada limfosit T sitotoksik (C), dan CD45R pada limfosit B (D). Metode streptavidin (peroksidase), kromogen 3-amino-9-ethylcarbazole, dengan counterstain hematoxylin (Go´mez et al., 1996).
BACK TO:
THEILER’S MURINE ENCEPHALOMYELITIS
BACK TO:
THEILER’S MURINE ENCEPHALOMYELITIS