TINGKAH LAKU BERUANG MADU
TINGKAH LAKU
Beruang madu adalah hewan solitary. Hewan ini dapat bersifat diurnal maupun nocturnal, namun secara persentase dari deteksi kamera, hewan ini bersifat nocturnal (Fitzgerald dan Krausman, 2002). Tingkah laku harian yang dilakukan beruang madu seperti menggosok kepalanya (dengan menekan kepala atau muka dengan telapak tangan), bermain dengan beruang lain (tidak berasosiasi dengan kondisi agresif seperti memutar badan, bergulat, membuka mulut), bertindak agresif seperti menyerang beruang lain mendorong, mencakar, menggigit), berjalan dengan empat kaki, berdiri dengan dua kaki ataupun empat kaki dalam keadaan yang statis atau waspada, memanjat ke atas pohon dan turun ke tanah kembali (Fleming dan Burn, 2014).
Beruang madu suka memanjat pohon seperti pohon mengaris (Koompassia excels) sekitar 50 m dari tanah dan beristirahat di cabang besar pohon selama sekitar 40 menit dengan perut yang disandar pada cabang pohon dan kaki yang menggantung ke bawah. Pohon Mengaris merupakan pohon utama yang menjadi tempat bagi pohon ara (Ficus spp) untuk tumbuh. Beruang akan memanjat dahan yang lebih kecil untuk mencapai pohon ara, memanen serta memakan buahnya (Wong et al., 2002).
Gambar 6. Pohon mengaris (Koompassia excels) dan pohon ara (Ficus spp). (A) Pohon mengaris yang terletak di perkebunan kelapa sawit (Franco et al., 2014). (B) Pohon ara dimana buahnya merupakan makanan yang disukai beruang madu (Harrison, 2005).
Beruang madu akan membuka kayu yang telah reput untuk mencari rayap maupun larva kumbang (Wong et al., 2002). Beruang madu mampu menjulurkan lidahnya sepanjang 25 cm ke dalam lubang saat memakan madu maupun untuk mencapai makanan lainnya (Perth Zoo, 2007). Beruang akan menjilat makanan serta menyendok makanan dengan lidah dan memasukkannya ke dalam mulut. Aktivitas menggerakkan lidah ke luar mulut juga terlihat pada kondisi yang tidak berasosiasi dengan makan dan minum seperti menjilat bibir dengan lidah (Fleming dan Burn, 2014).
Beruang madu akan mencakar dan merobek batang kayu untuk mencari sarang lebah. Tanda cakaran ini juga terlihat dari aktivitas beruang yang memanjat pohon. Tanda cakaran dapat bertahan hingga beberapa bulan maupun beberapa tahun. Tanda cakaran dapat menjadi petunjukkan keberadaan beruang madu di hutan. Keberadaan beruang ini juga dapat dilihat dari footprints yang dapat dikenali untuk 1 jam hingga 1 minggu tergantung cuaca dan faktor fisikal lainnya. Selain itu keberadaan beruang di suatu habitat juga dapat dilihat dari keberadaan feces (scat) yang bertahan kurang dari 36 jam tergantung faktor cuaca dan lain-lain tahun. Scat beruang madu dapat diidentifikasi dari ukuran, bau alami, serta kandungannya (Fredriksson, 2012).
Gambar 7. Gambaran beruang madu sedang mencakar dan merobek batang kayu untuk mencapai sarang lebah (Fredriksson, 2012).
Gambar 8. Aktivitas beruang madu. (A) Beruang madu yang sedang memanjat pohon (BSBCC, 2013); (B) Beruang madu yang sedang beristirahat di atas dahan pohon yang besar (Wong, 2006).
Gambar 9. Gambaran feces (scat) beruang madu. (A) Feces segar beruang madu yang mengandung biji-bijian. (B) Feces beruang madu yang mengandung lemah madu. (C) Feces yang telah lama (Sethy, 2014).
Vokalisasi pada beruang madu dapat didengar saat beruang ini sedang mencari serangga atau saat anak beruang berkomunikasi dengan induk untuk menyusui, maupun saat tertekan. Suara mengendus sering terdengar saat mencari serangga dan terkadang menghasilkan ngauman keras atau dengusan serak dan sesekali terdengar gonggongan singkat (Fetherstonhaugh, 1948; Fitzgerald dan Krausman, 2002). Anak beruang akan “bersenandung” pada kondisi tenang dan “menjerit-jerit” saat kondisi tertekan. Sedangkan ibu beruang akan “meringkik” rendah saat memanggil anaknya atau dalam versi yang lebih mendesak panggilan ini akan menjadi gerakan cepat seperti saat menghadapi ketakutan atau kondisi marah (Pickard, 2000).