SISTEM FEEDLOT SAPI PEDAGING: PAKAN TERNAK
Feedlot merupakan sistem peternakan sapi di dalam kandang dan sapi-sapi tersebut digemukkan dalam jangka masa tertentu sebelum dipasarkan. Sapi-sapi tersebut dipelihara di dalam kandang sepenuh masa. Selama dalam pemeliharaan, sapi-sapi tersebut diberi makanan yang diformulasi mengikuti keperluan untuk proses pengemukan sebelum dijual.
Pengaruh Faktor Pakan (Makanan Ternak) dalam Pemeliharaan Sapi secara Feedlot
Pakan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam proses pemeliharaan sapi secara feedlot. Hal ini dikarenakan faktor makanan akan menentukan prestasi ternak dan keuntungan yang diperoleh dalam projek feedlot tersebut. Ternak dalam sistem ini hanya mendapat makanan yang diberikan di dalam kandang (Hamali, 1988). Oleh karena itu, pakan ini haruslah memenuhi keperluan ternakan supaya proses pertumbuhan dan penggemukannya dapat terjaga dengan baik dan mencapai sasaran yang ditetapkan.
Bahan makanan yang dapat digunakan untuk membuat formulasi pakan yang lengkap untuk sapi feedlot seperti bijian, buah-buahan, sisa sampingan pertanian, daun kacang-kacangan, dan rumput. Penggunaan bijian dan buah-buahan sebagai makanan feedlot akan memberi dampak pengeluaran kos yang tinggi disamping mutunya yang beragam serta bekalan yang tidak tetap sepanjang masa. Bahan sampingan pertanian (seperti produk sampingan pemprosesan kelapa sawit, kulit kopi dan coklat, ubi kayu, jerami padi, dedak padi, hampas nenas dan molases) merupakan sumber makanan ternak yang berpotensi untuk feedlot karena mudah diperoleh serta murah. Sedangkan daun kacang-kacangan serta rumput juga dapat digunakan sebagai sebahagian makanan ternak pada sistem feedlot sekiranya mempunyai mutu yang baik (Hamali, 1988).
Adapun bahan-bahan makanan yang dapat digunakan untuk membuat formulasi pakan lengkap seperti palm kernel cake (PKC), palm kernel expeller (PKE), soybean hull, soybean meal (SBM), rice bran, corn gluten feed, ubi kayu (dry chip, pellet), jagung hancur, jerami padi, rumput, minyak sayur, molasses, dll. Pada umumnya pengambilan bahan kering yang tinggi akan menghasilkan pertumbuhan yang baik. Pengambilan bahan kering yang rendah serta mutu yang tidak baik akan mengganggu prestasi ternak dan mungkin menyebabkan ternak menjadi kurang sehat.
Sedangkan antara kandungan kandungan nutrient yang penting untuk diperhatikan dari masing-masing bahan pakan yang untuk pembuatan formulasi pakan atau ransum yaitu: persentase dry matter (DM%), neutral detergent fiber (NDF), metabolizable energy (MJ ME), total digestible nutrient (TDN%), crude protein (CP%), kandungan lemak (fat% atau EE%), perbandingan Ca:P, serta penambahan vitamin seperti vitamin A, D dan E. Setiap bahan makanan memiliki nilai kandungan nutrient yang berbeda, sehingga apabila beberapa jenis bahan makanan dicampurkan akan menaikan atau menurunkan nilai kandungan nutrient pada hasil akhir. Oleh karena itu diperlukan pembuatan formulasi yang tepat agar didapat kualitas pakan yang sesuai dengan kos yang tidak terlalu tinggi sehingga mendapat keuntungan seperti yang diharapkan.
Untuk mengetahui secara detail tentang data kandungan nutrient dari masing-masing bahan yang dapat dijadikan pakan ternak feedlot dapat dilihat secara detail pada link di bawah ini. Namun informasi data kandungan nutrient yang terbaik adalah hasil yang didapat dari pengujian laboratorium terhadap bahan makanan yang akan digunakan maupun data pengujian nilai nutrient yang bisa diminta dari pembekal bahan makanan agar mendapat data yang akurat dan tepat.
Pakan yang sesuai untuk ternakan feedlot selalunya mempunyai kandungan tenaga yang tinggi, kandungan protein yang sederhana, mineral dan vitamin yang cukup untuk keperluan harian (bertujuan menjaga fungsi dasar metabolik) dan pertambahan berat badan ternak. Tahap nilai nutrient dalam suatu formula pakan tersebut perlu dibatasi mengikut keperluan ternak berdasarkan berat badan dan tahap pengeluaran yang hendak dicapai (Hamali, 1988).
Berikut adalah beberapa kandungan nutient dari formulasi lengkap yang penting untuk diperhatikan oleh peternak dalam memenuhi kebutuhan oleh seekor sapi Feedlot per hari:
Dry matter (DM%) dan NDF%
Keperluan dry matter (DM%) pada sapi feedlot sekitar 1.5-3% dari berat badan. Keperluan DM% dari setiap ekor sapi dipengaruhi oleh nilai NDF suatu formulasi pakan. Semakin tinggi nilai persentase NDF maka semakin sedikit nilai pengambilan DM% untuk setiap ekor sapi. Bahan makanan dengan persentase NDF rendah menujukkan serat yang rendah namun biasanya mengandung energi yang tinggi, sedangkan pakan dengan NDF yang tinggi mengandung serat yang tinggi namun kadar energi yang agak rendah. Sehingga bila ternak diberi pakan formulasi lengkap dengan energi yang sesuai namun NDF nya tinggi maka kuantiti makanan yang diberikan biasanya lebih sedikit berbanding pakan lengkap dengan NDF rendah.
Gambar 1. Pengaruh nilai NDF terhadap nilai keperluan DM. Nilai NDF pada suatu formula pakan lengkap sebaiknya berkisar 40-60%. Ternak yang diberi pakan dengan NDF 40% memerlukan DM sekitar 3% dari berat badan. Ternak yang diberi pakan dengan NDF 50% memerlukan DM sekitar 2.4% dari berat badan. Ternak yang diberi pakan dengan NDF 60% memerlukan DM sekitar 2% dari berat badan (Martens, 2009).
Metabolizable energy (ME, MJ/hari)
Nilai kebutuhan energy (ME) sangat mempengaruhi prestasi ternak terutama untuk sapi Feedlot. Peternak haruslah memperhatikan berapa energi yang dibutuhkan untuk keperluan harian (bertujuan menjaga fungsi dasar metabolik) dan pertambahan berat badan ternak sehingga pemberian pakan lengkap haruslah mampu memenuhi kebutuhan energi tersebut. Berikut adalah table dan grafik yang menunjukkan kebutuhan ME bagi sapi feedlot:
Tabel 1. Kebutuhan energi untuk harian pada sapi (bertujuan menjaga fungsi dasar metabolisme, belum termasuk untuk pertambahan berat badan) (Moran, 2005)
Berat Badan (Kg)
|
Kebutuhan energi untuk harian (bertujuan menjaga fungsi dasar metabolik, belum termasuk untuk pertambahan berat badan)
ME (MJ/hari)
|
100
|
17
|
150
|
22
|
200
|
27
|
250
|
31
|
300
|
36
|
350
|
40
|
400
|
45
|
450
|
49
|
500
|
54
|
550
|
59
|
600
|
63
|
Data ini menunjukkan apabila sapi memiliki berat badan 200 kg maka ternak harus diberi pakan yang dapat memenuhi kebutuhan energi minimal sebanyak 27 MJ/hari. Nilai ini hanya memenuhi kebutuhan harian untuk fungsi metabolism dasar. Bila ternak disasarkan untuk terjadi pertambahan berat badan, maka nilai ME harus melebihi nilai kebutuhan energi harian seperti Gambar 2.
Gambar 2. Keperluan energi pada sapi untuk program penambahan berat badan 0.5 kg, 1 kg, dan 1.5 kg per hari pada sapi berat 200 kg, 300 kg, dan 400 kg (Joyce et al., 1975).
Berdasarkan gambar di atas, apabila hewan memiliki berat badan 200 kg, maka bila pertambahan berat badan harian yang diharapkan adalah 0.5 kg, 1 kg, dan 1.5 kg maka energi yang harus dipenuhi (ME) masing-masing yaitu sekitar 40 MJ/hari, 60 MJ/hari dan 75 MJ/hari. Hal ini menunjukkan apabila ternak hendak digemukkan ia memerlukan energi harian yaitu sekitar 27 MJ/hari. Untuk mencapai pertambahan berat badan 0.5 kg per hari, sapi berat 200 kg memerlukan penambahan energi minimal 13 MJ/hari sehingga total energi yang harus disediakan yaitu 40 MJ/hari bagi memenuhi kebutuhan energi harian dan pertambahan berat badan.
Hal ini menunjukkan, semakin besar target penambahan berat badan per hari yang, maka semakin banyak energi yang dibutuhkan. Namun untuk memenuhi energi yang tinggi diperlukan bahan pakan yang memiliki kualitas energi yang baik, ataupun nilai tersebut dapat dipenuhi dengan penambahan jumlah pakan yang diberi. Hal ini perlu menjadi perhatian karena penambahan jumlah akan menyebabkan kos meningkat serta jangan sampai jumlah yang diberi untuk mencapai energi tertentu berlebih dari kemampuan hewan mencerna makanan. Bila jumlah pakan yang diberikan berlebihan, maka banyak pakan tersisa (pembaziran) sehingga energi yang masuk ke tubuh kurang dan tidak mencapai target yang ditetapkan serta prestasi ternak menjadi tidak optimal. Oleh karena itu, perlu ditetapkan berapa banyak penambahan berat badan harian yang ingin dicapai disesuaikan dengan kemampuan sapi untuk mencerna makanan serta kos pengeluaran.
Total digestible nutrient (TDN%)
PNilai TDN dapat menentukan kualitas pakan. Pakan
dengan nilai TDN kurang dari 52% menunjukkan kualitas yang rendah, sedangkan TDN antara 52-59%
menunjukkan kualitas sederhana, sedangkan lebih dari 59% menunjukkan kualitas yang
tinggi (Lalman dan Richards, 2017). Biasanya nilai TDN pada formulasi pakan
lengkap yang disarankan untuk sapi feedlot sekitar 60-70%.
Crude protein (CP%)
Nilai kandungan protein yang disarankan untuk sapi feedlot adalah kandungan yang sederhana 11-15%. Hal ini terkait dengan pengeluaran kos yang tinggi bila menggunakan banyak bahan makanan yang bernilai protein tinggi (DiCostanzo, 1996). Selain itu protein yang terlalu tinggi (>17%) menyebabkan ternak mengkonsumsi protein melebihi kebutuhannya sehingga protein yang dibuang akan meningkat. Oleh karena itu, untuk menghasilkan hasil yang optimal, peternak harus mampu membuat formulasi pakan lengkap dengan nilai CP yang tepat sehingga dapat menekan pengeluaran kos dengan hasil yang optimal.
Kandungan Lemak
Kandungan lemak yang disarankan pada formulasi pakan lengkap adalah 3-5%. Peternak perlu memilih bahan makanan serta mengatur perbandingan bahan makanan agar kandungan lemak tidak terlalu tinggi. Bila kadar lemak adalah rendah pada formulasi pakan yang dibuat, minyak sayur dapat menjadi alternative untuk meningkatkan jumlah kadar lemak serta sebagai penambah energi yang baik tanpa meninngkatkan jumlah dry matter yang diberikan. Namun harus diingat pemberian minyak tidak boleh melebihi 5% dari DM dan harus dipertimbangkan bahan pakan seperti soybean yang juga mengandung minyak kurang lebih sebanyak 20%. Mungkin minyak sayur yang diberikan tidak melebihi 1-2% sehingga sehingga kandungan minyak diberikan dari minyak sayur, soybean, jagung tidak melebihi 5%.
Perbandingan Ca:P
Ca dan P merupakan mineral yang penting dalam proses metabolism. Sumber mineral yang baik seperti dikalsium fosfat, zeolite, dan limestone dolomitic ground. Perbandingan Ca:P sebaiknya tidak kurang dari 1.1:1 dan tidak boleh melebihi 7:1. Kekurangan Ca menyebabkan gangguan produksi serta permasalahan tulang. Sedangkan kelebihan P dapat menyebabkan terjadinya urinary calculi. Oleh sebab itu perbandingan Ca:P sebaiknya adalah sesuai yang disarankan 2:1 atau 1.5:1.
Pemberian tambahan Vitamin
Pemberian tambahan vitamin dilakukan untuk memastikan kesehatan ternak tetap terjaga. Kandungan vitamin bisa ditemukan didalam rumput namun kadarnya mungkin tidak tinggi. Penambahan vitamin yang menjadi perhatian yaitu vitamin A sebanyak 25.000-50.000 IU, vitamin D3 sebanyak 5000-9000 IU, dan vitamin E sebanyak 200-500 mg. Pemberian tambahan vitamin dapat meningkatkan kos namun menjadi alternative sebagai anti-stress dan meningkatkan sistem imun tubuh.
Untuk mendapatkan formulasi pakan lengkap yang tepat, peternak dapat mengaju pada formulasi pakan yang terdapat dalam jurnal (baik mengambil secara langsung metode tersebut atau memodifikasinya sesuai ketersediaan dan kemudahan dalam mendapatkan bahan makanan) ataupun berkonsultasi dengan pihak yang menyediakan jasa feed managment.
Referensi
DiCostanzo, A., 1996. Protein Requirement of Feedlot Cattle. Minnesota Cattle Feeder Report, B-432.
Hamali, A.Y., 1988. Sistem Fidlot Lembu Pedaging. Teknol. Ternakan, 4:15-22
Joyce, J.P., Bryant, A.M., Duganzich, D.M., Scott, J.D.J., and Reardon, T.F., 1975. Feed requirements of growing and fattening beef cattle: New Zealand experimental data compared with National Research Council (U.S.A.) and Agricultural Research Council (U.K.) feeding standards, New Zealand Journal of Agricultural Research, 18:3, 295-301, DOI: 10.1080/00288233.1975.10423647
Lalman, D., and Richards, C., 2017. Nutrient Requirements of Beef Cattle, E-974.
Joyce, J.P., Bryant, A.M., Duganzich, D.M., Scott, J.D.J., and Reardon, T.F., 1975. Feed requirements of growing and fattening beef cattle: New Zealand experimental data compared with National Research Council (U.S.A.) and Agricultural Research Council (U.K.) feeding standards, New Zealand Journal of Agricultural Research, 18:3, 295-301, DOI: 10.1080/00288233.1975.10423647
Lalman, D., and Richards, C., 2017. Nutrient Requirements of Beef Cattle, E-974.
Martens, D.R., 2009. Maximizing Forage Use by Dairy Cows. WCDS Advances in Dairy Technology (2009) Volume 21: 303-319.
Moran, J., 2005. Nutrient requirements of dairy cows, Dalam Tropical dairy farming: feeding management for smallholder dairy farmers in the humid tropics. Landlinks Press.
Komentar
Posting Komentar