Penyakit Mulut Dan Kuku (PMK) Pada Sapi


Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)

Penyakit mulut dan kuku merupakan penyakit yang sangat menular pada hewan berkuku belah. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari famili Picornaviridae. Penular virus ini dapat terjadi secara langsung (kontak langsung) maupun tidak langsung (seperti melalui angin). Hewan dapat sembuh setelah terinfeksi PMK, namun virus PMK dapat tinggal dikerongkongan sampai 2 tahun kemudian. Manusia dapat terinfeksi penyakit ini meski jarang terjadi.


Gejala klinis

Hewan yang terserang PMK akan mengalami demam serta penurunan nafsu makan dan minum. Bulu tampak kusam serta lidah dan bagian mulut bagian dalam mengalami peradangan sehingga terlihat banyak air liur yang keluar (hipersalivasi) dan berbuih. Pada gusi, lidah dan pangkal lidah terbentk lepuh. Lepuh yang pecah akan membentuk tukak sehingga hewan sulit mengunyah dan air liur menetes. Lepuh juga dapat terjadi pada area hidung dan moncong. Lepuh serupa juga terajadi di antara teracak dan sekitar batas atas kuku sehingga kaki hewan akan merasa sakit serta terlihat pincang saat berjalan.

Terapi

Tidak ada pengobatan yang dianjurkan untuk hewan yang terinfeksi PMK. Pengobatan untuk komplikasi sekunder bisa dilakukan (Subronto, 2003) misalnya menggunakan certifour. Pengendalian penyakit diutamakan dengan cara pemotongan paksa, memperketat lalu lintas ternak, dan vaksinasi missal dengan vaksin sub-tipe virus yang sama dengan penyebab wabah (Akoso, 1996).  Penting diperhatikan di dalam pengendalian PMK adalah kemauan baik serta kesediaan pemilik ternak. Langkah pemotongan secara paksa dapat merangsang ketakutan peternak sehingga ternak-ternak tersebut dipindahkan dan berakibat terhadap penularan penyakit ke lokasi baru. Dapat juga dilakukan pemotongan terbatas disertai vaksinasi. Pemilihan cara pengendalian tergantung pada keadaan setempat (Subronto, 2003).


Ternak yang menderita PMK dapat dipotong bersyarat dan dagingnya dapat dikonsumsi dibawah pengawasan dokter hewan. Dagingnya dapat diperdagangkan setelah direbus terlebih dahulu. Sisa pemotongan serta sisa pakan harus di bakar dan dikubur. Tempat pemotongan harus dibersihkan di bebashamakan dengan desinfektan (Akoso, 1996).  


BACK TO:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metabolisme Zinc Pada Manusia Dan Hewan (Anjing & Kucing)

Ultrasonography (Usg) dan Aplikasinya Pada Pemeriksaan Organ Reproduksi Serta Diagnosa Kebuntingan & Foetal Sexing Pada Ternak

PROSEDUR HISTOLOGI: PEMBUATAN BLOK PARAFFIN DAN PEMOTONGAN