Radang Paru-Paru (Pneumonia) Pada Sapi



Radang Paru-Paru (Pneumonia)

Banyak factor yang dapat menyebabkan ternak terserang penyakit pneumonia Penyakit ini dapat disebabkan oleh virus maupun bakteri (table 1) serta didukung faktor-faktor predisposisi seperti kondisi kandang yang lembab, berdebu, ventilasi atau pertukaran udara yang tidak baik, penempatan hewan dari berbagai umur dalam satu tempat, jumlah ternak yang berlebih dalam satu kandang serta hewan yang berdesak-desakan (overcrowding), serta hygiene lingkungan yang tidak baik (Subronto, 2003).

Table  2. Beberapa agen penyakit yang dapat menyebabkan pneumonia pada sapi (Subronto, 2003).

Virus
Infectious bovine rhinotracheitis (IBR)
Parainfluenza-3
Malignant catarrhal fever (herpes virus)

Bakteri
Pasteurella multocida
P. hemolytica
Streptococcus spp
Mycobacterium tuberculosis



Gejala klinis
Hewan yang terserang pneumonia bisa menunjukkan gejala klinis yang jelas atau tidak terlihat sehingga menimbulkan kematian yang mendadak.  Gejala klinis yang tampak pada hewan yang terserang pneumonia secara umumnya yaitu demam tinggi, sulit menelan, nafas berbau, nasal discharge (leleran dari hidung), sulit bernafas, biasanya hewan akan bernafas melalui abdominal. Gangguan peredaran darah di paru-paru menyebabkan kondisi hiperemis pada konjungtiva dan lama-kalamaan menjadi sianosis. Pemeriksaan auskultasi pada area paru-paru akan mendengar suara abnormal. Hewan juga dapat menunjukkan gejala batuk, nafsu makan dan minum berkurang, dehidrasi, hewan semakin kurus dan mati (Subronto, 2003).

Terapi
Penyakit pneumonia adalah penyakit yang mudah menular sehingga hewan yang sakit perlu diisolasi ke tempat yang terpisah dari ternak yang sehat. Hewan sakit harus diletakkan pada kandang yang bersih, hangat, dengan ventilasi atau pertukaran udara yang baik, terlindung dari angin serta hujan. Pengobatan dapat menggunakan antibiotik atau sulfonamide selama 3-5 hari berturutan sebagai pengobatan utama bila agen penyebabnya adalah bakteri atau sebagai pengobatan sekunder bila agen penyebabnya adalah virus. Obat-obat yang sifatnya mendukung seperti vitamin serta cairan pengganti boleh diberikan sesuai kebutuhan (Subronto, 2003). Terapi yang tepat adalah sangat penting. Untuk itu, peternak hendaknya menghubungi dengan dokter hewan guna dilakukannya pemeriksaan secara detail serta dilakukan pengujian laboratorium guna mengetahui agen penyakit yang menginfeksi hewan. Dengan demikian, dokter hewan dapat memberikan terapi yang bersesuaian serta memberi informasi berkenaan dengan tindak lanjut yang harus dilakukan oleh peternak.

Infeksi penyakit  pneumonia ini dapat di cegah dengan menyuntik sapi feedlot yang baru sampai dengan vaksin (Hamali, 1988). 

Hewan yang menderita pneumonia harus dipotong dibawah pengawasan dokter hewan. Tidak semua karkas dapat dikonsumsi dan diperdagangkan. Misalnya hewan yang menderita pneumonia akibat infeksi Pasterurella multocida masih dapat dipotong dibawah pengawasan dokter hewan. Jaringan yang rusak seperti paru-paru harus dimusnahkan. Namun karkas yang sangat kurus karena penyakit yang telah kronis harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur. Hewan yang terinfeksi M. tuberculosis hanya dipotong bersyarat dibawah pengawasan dokter hewan dimana karkas dan organ yang diafkir harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur. Hewan yang menderita pneumonia akibat penyakit malignant catarrhal fever dapat dipotong dan dagingnya dikonsumsi, namun harus direbus terlebih dahulu sebelum diperdagangkan dan seluruh jaringan yang terjejas harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur. Seluruh kandang dan peralatan harus dibebashamakan dengan desinfektan (Akoso, 1996).


BACK TO:

Komentar

  1. Assalamualaikum minta referensinya dong itu dr buku siapa ,penerbitnya siapa,judulnya apa, kota nya dimana

    BalasHapus
  2. referensi dapat dilihat di
    https://vetsciencereview.blogspot.com/2017/10/permasalahan-penyakit-pada-sapi-feedlot.html

    Hamali, A.Y., 1988. Sistem Fidlot Lembu Pedaging. Teknol. Ternakan, 4:15-22
    Akoso, B., 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius, Yogyakarta.
    Subronto, 2003. Ilmu Penyakit Ternak (Mammalia) I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metabolisme Zinc Pada Manusia Dan Hewan (Anjing & Kucing)

Ultrasonography (Usg) dan Aplikasinya Pada Pemeriksaan Organ Reproduksi Serta Diagnosa Kebuntingan & Foetal Sexing Pada Ternak

PROSEDUR HISTOLOGI: PEMBUATAN BLOK PARAFFIN DAN PEMOTONGAN